"Terus anak saya yang satu lagi pulang, 'Bunda bunda, ayah kok tidur di bawah', biasanya sih memang suka tiduran di bawah, katanya adem. Tapi yang ini mukanya sudah pucat, dingin, saya sudah gemetar, sudah enggak tahu mau dibawa ke mana," sambungnya.
Tak tahu harus melakukan apa, akhirnya pihak keluarga meminta bantuan pihak kepolisian yang kebetulan berada tak jauh dari kompleks perumahannya. Polisi pun diketahui membantu membopong Sys ke dalam mobil yang langsung melaju ke UGD Rumah Sakit Pondok Indah. Sesampainya disana, ia langsung dipasangkan alat pemompa jantung dan dokter pun melakukan pengecekan.
"Terus di depan ada pos Polisi, minta tolong sama Polisi, saya mau bawa Sys sama anak saya ke Rumah Sakit Brawijaya, tapi dibilangnya bawa ke UGD RSPI saja," paparnya.
"Saya sudah feeling, nyampai sana di UGD, dadanya sudah di (pasang alat pompa jantung gitu), selama 40 menit, terus dicek sana sini, tapi kok enggak sadar sadar ya," tambahnya.
Namun sayang, 40 menit berusaha keras untuk memancing timbulnya kembali detak jantung Sys, dokterpun akhirnya menyerah. Dengan menyesal pihak Rumah Sakit menyatakan bahwa Sys sudah tak lagi bisa tertolong dan dinyatakan meninggal dunia.