JAKARTA - Kromoleo merupakan film terbaru dari sutradara Anggy Umbara bersama Imperial Pictures. Film ini menggabungkan unsur legenda urban pada dekade 80-an dan 90-an di Jawa Tengah dengan kisah keluarga tiga generasi yang melibatkan rahasia, pembalasan dendam, dan ilmu perjimatan.
Dalam trailer berdurasi dua menit, ditampilkan kilasan tentang kromoleo—rombongan hantu pembawa keranda mayat—yang muncul di Desa Majenang, Jawa Tengah pada tahun 1994. Dipercaya bahwa siapa pun yang bertemu langsung dengan kromoleo dan memandang mata mereka, akan mati malam itu juga.
"Dalam ceritanya, siapa pun yang bertemu dengan mereka yang disebut kromoleo dan memandang mata mereka akan langsung mati malam itu juga," ujar Anggy Umbara
Dari sepenggal dialog yang terdengar, film ini juga bakal mengangkat tentang ilmu rawa rontek, sebuah ajian yang memungkinkan seseorang hidup abadi dan tidak mati meskipun kepalanya dipenggal.
Selaras dengan trailer-nya, poster resminya pun memancarkan aura mencekam. Terlihat penggalan kepala karakter yang diperankan oleh Cornelio Sunny tergeletak di tanah, sementara rombongan kromoleo tampak berjalan ke arah berlawanan di latar belakang. Poster ini memberikan petunjuk bahwa karakter ini memiliki keterkaitan erat dengan alasan kemunculan kromoleo di desa tersebut.
"Hampir di semua keluarga mungkin ada masa lalu yan nggak mau diungkap. Tapi pada saatnya kita harus menghadapi semua itu lagi. Jadi jangan pernah lari dari masa lalu, jangan pernah lari dari keluarga, apalagi yang sedarah," tutur Anggy Umbara.
Kromoleo mengisahkan satu hari panjang nan mencekam di Desa Majenang, ketika Zia (Safira Ratu Sofya) datang dari kota untuk menghadiri pemakaman ibunya. Kendati sudah dilarang kembali ke desa oleh kakeknya, Danang (Tio Pakusadewo), Zia bersikukuh tetap datang. Sebagian karena penasaran dengan hilangnya sang ayah, Djarot (Cornelio Sunny), secara misterius saat Zia masih berusia sepuluh. Kedatangan Zia memancing kromoleo untuk muncul dan meneror desa.
Satu per satu warga yang melihat kromoleo secara langsung berakhir tewas secara tragis. Di tengah upaya Zia untuk menyelamatkan diri dan mencari tahu misteri di balik kemunculan kromoleo, perlahan terungkap histori kelam keluarganya, termasuk hubungan ayah dan kakeknya yang melibatkan pertumpahan darah di masa lalu.
Diproduseri oleh Peter Surya Wijaya dan Hartawan Triguna bersama Pilar Film, dan merupakan kolaborasi perdana dengan Umbara Brothers Film, Kromoleo digarap oleh Anggy Umbara yang dikenal dengan gaya penyutradaraan dinamis dan banyak sekuens aksi dan laga. Dengan plot utama yang bergulir pada satu malam saja, Anggy berhasil membangun suspens secara intens dan efektif, menjadikan materi naskah Kromoleo cocok dengan gaya penyutradaraannya. Setelah sukses menggaet lebih dari lima juta penonton melalui film sebelumnya, Anggy kembali menyuguhkan film horor berkualitas untuk penonton Indonesia.
Selain menjadi salah satu aktor kunci dalam film ini, Cornelio Sunny juga bertindak sebagai ko-sutradara untuk memperkuat pengarahan berbagai sekuens perkelahian. Skrip yang ditulis oleh Dirmawan Hatta mengeksplorasi berbagai unsur kelokalan masyarakat Jawa Tengah, terutama yang berbau klenik. Kromoleo juga dibintangi oleh kombinasi bakat-bakat muda dan aktor senior seperti Abun Sungkar, Aline Fauziah, Rukman Rosadi, Totos Rasiti, Vonny Anggraini, dan Dayu Wijanto.
Kromoleo dijadwalkan tayang di seluruh bioskop Indonesia pada 22 Agustus 2024.
(aln)