Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Novel Pramoedya Ananta Toer Pernah Dijadikan Materi Kuliah di London

Vania Ika Aldida , Jurnalis-Minggu, 11 Agustus 2019 |10:04 WIB
Novel Pramoedya Ananta Toer Pernah Dijadikan Materi Kuliah di London
Pramoedya Ananta Toer (Foto: Ilustrasi Feri Usmawan/Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Sempat dicekalnya novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer nampaknya tak berpengaruh bagi sebagian besar pembacanya. Justru, karyanya terus mendapat apresiasi besar di kancah internasional.

Baca Juga: Kenangan Donny Damara tentang Citra Buruk Karya Pramoedya Ananta Toer

Dikutip dari berbagai sumber, salah satu buku yang merupakan bagian dari Tertalogi Pulau Buru, yakni Bumi Manusia kabarnya pernah dijadikan sebagai salah satu materi dalam mata kuliah Comparative Literature di Universitas Queen Mary London, Inggris. Hal tersebut diungkapkan oleh Angus Nicholls, yang merupakan dosen senior di bidang Sastra Jerman.

Tematik Pramoedya Ananta Toer

"Profesor Angus Nicholls saat ini menjabat Ketua Jurusan Sastra Bandingan dan Budaya di Queen Mary University of London. Dia menyebut novel Pram berjudul Bumi Manusia sebagai salah satu materi kuliahnya," ucap Kusuma Wijaya, di Universitas Dr Soetomo (Unitomo), Surabaya, Juli 2015 silam.

Pramoedya Ananta Toer

Menurut Kusuma, novel yang ditulis Pram diketahui memiliki persamaan bentuk dan alur cerita, dengan novel karya penulis Eropa. Sebut saja, Johann Wolfgang von Goethe, Wilhelm Meister's Apprenticeship, Charles Dickens, dan Charlotte Bronte.

"Para mahasiswa di Queen Mary University menggandrungi Bumi Manusia-nya Pram yang sarat dengan realisme sosial dan kritik terhadap ide-ide kolonial yang disuarakan Nyai Ontosoroh, salah satu tokoh utama dalam novel Pram itu. Sedangkan Minke, tokoh lain dalam novel tersebut, merepresentasikan ide-ide Eropa," jelas Kusuma.

Pramoedya Ananta Toer

Pramoedya Ananta Toer merupakan seorang penulis yang sempat menjadi tahanan politik selama 14 tahun tanpa proses peradilan. Selama 14 tahun Pram diketahui sempat mendekam di Pulan Nusakambangan, Pulau Buru, dan Magelang.

14 tahun berselang, Pram dibebaskan dari tahanan pada Desember 1979. Sayangnya, ia tak mendapatkan surat pembebasan tidak bersalah secara hukum meski dirinya tidak terbukti ikut dalam Gerakan 30 September.

Baca Juga: Anak Sering Rewel Jelang Maghrib, Sarwendah Panggil Ustadz ke Rumah

Ia justru kembali divonis sebagai tahanan rumah di Jakarta hingga 1992, dan dilanjutkan sebagai tahanan kota serta tahanan negara hingga 1999. Tak hanya itu, ia juga harus melakukan wajib lapor selama kurang lebih 2 tahun ke Kodim Jakarta Timur.

(LID)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita celebrity lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement