Dnanda juga merasa tertantang untuk memperkenalkan kembali kehangatan musik lawas kepada generasi sekarang. Baginya, ini bukan tentang sekadar nostalgia, tapi lebih kepada membawa nilai kejujuran dan kedalaman ke dalam konteks musik masa kini.
Perubahan arah musik tentu membawa risiko, termasuk kehilangan pendengar lama. Namun Dnanda tak gentar. Ia justru percaya mereka yang benar-benar mencintai karyanya akan tetap bertahan selama ia jujur dalam berkarya.
“Pendengar kita juga berkembang dan makin dewasa. Kadang perubahan bukan berarti meninggalkan, tapi berkembang bareng. Aku harap ini justru ngebuka pintu buat pendengar baru,” jelasnya.
Salah satu lagu Dnanda yang mendapat sambutan hangat adalah Benar Salah Hanyalah Salah. Lagu ini dianggap mewakili perasaan banyak orang karena lahir dari keresahan dan keikhlasan yang tulus. Dnanda merasa bersyukur bisa didengar lewat karya yang jujur, dan hal itu jadi motivasi untuk tetap berada di jalur yang punya makna.
“Ke depannya, entah dengan nuansa 70–80an atau eksplorasi lain, aku pengin tetap konsisten menyampaikan sesuatu yang dekat dengan hati. Bukan sekadar catchy, tapi harus punya rasa,” tegas Dnanda.
Soal musik 70-80an, Dnanda mengidolakan Rod Stewart, Bryan Adams, Eric Carmen, Peter Cetera, dan lainnya.
(kha)