JAKARTA - Sinopsis film Sumala akan dibahas dalam artikel Okezone kali ini. Film Sumala akan mengangkat kisah nyata yang paling sadis, teror mencekam di balik hilangnya anak-anak
Film ini dibintangi oleh Luna Maya yang beberapa tahun belakangan ini begitu identik dengan film horor. Terlebih, perannya sebagai Suzzanna dalam film Suzzanna: Bernapas dalam Kubur (2018) dan Suzzanna: Malam Jumat Kliwon (2023) mencuri perhatian dan mendulang kesuksesan.
Luna Maya juga sempat membintangi film horor Panggonan Wingit. Kini, lagi-lagi Luna Maya terlibat dalam film horor dimana kali ini mengangkat kisah nyata paling sadis, Sumala.
Film ini begitu istimewa baginya karena setelah beberapa kali membintangi film produksi Hitmaker Studios, Luna Maya kali ini terlibat di belakang layar sebagai eksekutif produser.
Menurutnya, pengalaman ini begitu berharga baginya karena dirinya ingin tertarik untuk mendalami dunia produksi film, bukan hanya sebagai pemain yang selama ini digelutinya.
"Memang udah arahnya pengennya lebih ke sana sih gitu jadi memang sekalian belajar juga dan kita juga bisa lebih memiliki juga. Bagaimana pun juga kan kita main di situ teru juga jadi eksekutif produser. Lebih pengin all out lagi promonya," ungkap Luna Maya dalam konferensi pers film Sumala di kawasan M.H Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (21/9/2024).
Dalam trailer yang telah dirilis, Luna Maya (Sulastri) dikisahkan sebagai seorang perempuan yang begitu cantik mengenakan pakaian adat Jawa, bersanding dengan Darius Sinathrya (Soedjiman) yang begitu gagah.
Di balik itu semua, kehidupan Sulastri dan Soedjiman seolah menjemput petaka karena keinginan untuk memiliki anak yang begitu besarnya. Tanpa sepengetahuan suaminya, Sulastri bersekutu dengan iblis demi mendapatkan keturunan.
Sumala diadaptasi dari kisah nyata di kabupaten Semarang. Judul film Sumala diambil dari thread viral di X yaitu akun @BangBetz_. Thread tersebut viral pada Desember 2023 lalu tentang kisah nyata di Kabupaten Semarang.
Secara garis besar, thread ini menceritakan tentang larangan anak-anak untuk tidak keluar pada waktu maghrib. Sebagian besar masyarakat Jawa sekitar tahun 1948-an meyakini bahwa keluar pada saat maghrib memiliki banyak energi negatif.
Konon katanya, jika anak-anak masih ngotot keluar rumah di waktu maghrib, maka bahaya akan mengintai mereka karena Sumala diyakini akan datang sebagai petaka untuk mereka.