Starbucks kemudian menuduh serikat pekerjanya mendukung kekerasan yang dilakukan Hamas dan menuntut mereka atas penggunaan nama dan logo. Serikat Pekerja Starbucks tak tinggal diam dan menyerang balik perusahaan tersebut.
Mereka menyebut, Starbucks berusaha mengeksploitasi konflik Israel dan Palestina untuk menyuarakan kampanye anti-serikat buruh. “Mereka merusak reputasi serikat pekerja di mata para pekerja itu sendiri dan publik,” ujar Serikat Pekerja Starbucks.
Di lain pihak, Canadians for Justice and Peace in the Middle East (CJPME) mengungkapkan, Howard Schultz yang merupakan mantan CEO dan pemegang saham terbesar Starbucks adalah pendukung Israel.
Pada 2021, Schultz bahkan menginvestasikan dana sebesar USD1,7 miliar untuk Wiz, perusahaan startup bidang keamanan siber milik Israel. Dia juga pemegang saham di beberapa perusahaan besar yang terafiliasi dengan Israel.