JAKARTA- Langkah Kementerian Pariwisata dan Perekonomian Kreatif (Kemenparekraf) yang tidak mau terburu-buru mengeluarkan usaha bioskop dari Daftar Negatif Investasi (DNI) disambut positif.
Sikap itu dianggap memperkuat industri hiburan di Indonesia. Apalagi hal itu terkait rencana dua raksasa bioskop Korea membuka cabang di Indonesia. Kehadiran bioskop asing dikhawatirkan akan membuat bioskop Indonesia mati.
"Sebab sekali bisnis ini dibuka bagi investor asing, maka kita akan sulit untuk menutupnya kembali," ujar Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya (Ekraf BSB) Ukus Kuswara dalam keterangan tertulisnya, Kamis (13/9/2012).
Menurutnya, dunia film sangat berperan penting bagi karakter suatu bangsa. Karena itulah, pihaknya tak mau bioskop tanah air makin dibanjiri film dari perusahaan asing.
"Pemerintah mengajak semua pihak untuk melihat kondisi film nasional dari berbagai sisi. Mulai dari sisi produksi, promosi dan distribusi, hingga bioskop. Dari sisi produksi misalnya, Kemenparekraf berupaya mendorong peranan riset dalam produksi film nasional. Karena banyak film nasional yang diproduksi tidak berdasarkan riset sehingga tidak heran jika film-film tersebut sepi penonton," urainya.
Sementara itu, Anggota Komisi X DPR-RI Ahmad Zulfakar, mendukung penuh kebijakan Kemenparekraf tersebut. Menurut anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, lebih baik memberikan tempat kepada investor lokal seperti MNC Grup yang akan membeli Blitz Megaplex daripada investor asing.
"Jangan melihat bioskop hanya dari sisi bisnis saja. Karena keuntungan ekonomi yang didapat tidak sebanding dengan kerugian yang harus kita tanggung jika bioskop dibuka bagi investor asing. Jelas pemain lokal yang harus kita dorong untuk mengembangkan bioskop, kalau pemain asing kita belum tahu track-recordnya," jelas Ahmad.
(rik)