JAKARTA - Film terbaru Miyabi Hantu Tanah Kusir menuai pro dan kontra. Ibnu Jamil mendukung film tersebut asalkan memiliki nilai edukasi dan moral.
"Saya belum nonton, jadi belum bisa komentar banyak. Menurut gue, so far selama film tersebut ada nilai edukasi dan pesan moralnya, maju terus! Kalau memang melanggar dari nilai-nilai yang ada, toh yang bikin film yang malu," papar Ibnu kepada okezone, ditemui di Studio RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, (1/12/2010).
Sebelumnya, Miyabi berakting di film Menculik Miyabi. Jika di film pertama, pemilik nama Maria Ozawa ini menggunakan nama asli, di film Hantu Tanah Kusir tidak ditemukan nama Miyabi pada daftar nama pemain. Bintang film dewasa asal Jepang ini memakai nama Pauleen.
Soal penggantian nama Miyabi, kata Ibnu, sah-sah saja.
"Sah-sah saja Miyabi mengganti nama. Di Indonesia artis banyak juga yang mengganti nama. Kebanyakan mereka tidak menggunakan nama yang ada di KTP. Mereka yang sengaja mengganti nama tenar, itu sah-sah saja sih," ujarnya.
Tindakan rumah produksi Maxima Pictures kembali memasang Miyabi di film produksinya menuai protes dari Front Pembela Islam (FPI). Rencananya, FPI akan berdemo di depan kantor Maxima, siang ini.
Aktor kelahiran 30 April 1982 ini berharap demonstrasi tersebut berjalan lancar tanpa kericuhan. "Semoga demonya berjalan lancar dan tertib. Di satu sisi, demo ormas itu mengganggu ketentraman penonton yang menonton film tersebut," katanya.
Di film Hantu Tanah Kusir, Miyabi berperan sebagai wartawati Jepang bernama Pauleen. Dia hendak meneliti kendaraan antik Betawi, delman. Dalam salah satu scene, Miyabi tampak belakang memamerkan separuh badannya dan terlihat buah dadanya di depan kaca. Film horor komedi itu tampak hanya menjual kemolekan tubuh Miyabi.
(ang)