Perempuan keturunan Ambon dan Sunda itu mengaku daftar secara formal seperti orang pada umumnya. Tidak ada yang memberikan perlakuan spesial kepada dirinya, Prilly bahkan mengikuti tes yang diselenggarakan secara online.
"Aku beneran daftar secara formal dan jalur biasa seperti orang2 daftarin gitu, aku harus daftar secara formal. Bikin CV (Curriculum Vitae) dan dites dulu waktu itu onlinenya gimana. Apakah aku mampu ngajar dan akhirnya dapat tawaran dari Universitas Gadjah Mada," jelas Prilly melanjutkan.
Sebetulnya menjadi dosen bukanlah cita-cita Prilly Latuconsina, alih-alih jadi dosen justru perempuan 26 tahun itu berkeinginan untuk menjadi seorang guru TK (Taman Kanak-kanak).
"Sebenarnya jadi guru cita-cita dari dulu, kan, tetapi enggak kepikiran dosen sih, kepikirannya itu guru SD, guru TK karena aku suka banget sama anak kecil," beber Prilly Latuconsina.
(aln)