Namun, ia meyakini bahwa takdir soal kematian tentunya sudah melekat pada masing-masing manusia. Kita sebagai manusia hanya tinggal menunggu giliran untuk pergi meninggalkan orang-orang yang dicintai.
“Saya pernah kehilangan seorang putri. Setiap orang juga pernah — setidaknya akan — mengalami kehilangannya sendiri-sendiri. Kita semua punya kalender yang pada salah satu tanggalnya telah disuratkan gilirannya masing-masing,” ujar Najwa Shihab.
“Bermilyar-milyar kehidupan pernah hadir dan pergi di bumi ini. Kita hanya sebutir pasir dari hamparan yang tak terpermanai itu. Bersama orang-orang tercinta, kita semua pernah membentuk istana pasir, dan kita tahu pada akhirnya — cepat atau lambat — istana pasir itu akan kita berikan kepada samudera,” sambungnya.
Diakhir tulisannya, Najwa mengungkapkan rasa simpati dan menyertakan doa untuk keluarga Ridwan Kamil.
“Simpati dari saya dan jutaan orang lain tentu tak bisa menawarkan kepedihan. Kami hanya bisa berdoa semoga kekuatan dan ketabahan itu masih memadai untuk melewati hari-hari kehilangan yang mungkin tak akan singkat ini. Peluk dari jauh untuk Teh Atalia, Kang Emil dan Zara. Nana,” tutup Najwa Shihab.
(van)