Bagaimana mungkin penjahat kawakan berjulukan Kalajengking Tampan bisa-bisanya melanjutkan hidup dengan menjadi pendoa? Bahkan mengagumi dan mewawancarai langsung Bunda Maria kemudian menuliskannya dengan penuh hormat.
Arswendo dengan bahasa sederhana menuliskan novel kehidupan Barabas secara lengkap sejak sebelum hari penyaliban (Yesus) itu hingga hari-hari akhirnya.
"Sangat asyik diikuti. Terbagi dalam bab-bab kecil yang terdiri atas beberapa paragraf pendek saja dengan gaya penulisan yang menawan,"demikian Penerbit Gramedia Pustaka Utama memberi catatan.
Terlebih, sesungguhnya kisah Barabas sama sekali bukan cerita tentang agama tertentu, melainkan tentang persaudaraan antarmanusia dan kepasrahan pada kasih Allah.