Ketika perkembangan politik akhir-akhir ini ikut menyeret isu-isu etnis dan agama, kita sebaiknya melakukan introspeksi apakah kebhinekaan negara kita tercinta masih menjadi kekuatan dan keistimewaan sebagai bangsa yang berdaulat? Haruskah keanekaragaman yang kita miliki hancur karena proses belajar berdemokrasi?
Dalam konteks Indonesia hari ini, kata Butet, mungkin kita merasakan bagaimana watak celeng menjelma dalam perilaku politik dan mewarnai media sosial sebagai meme yang jenaka atau ujaran kebencian dan pemutarbalikan fakta alias fitnah.
"Di sinilah kita mesti merenung kembali keindonesiaan kita seperti diimpikan leluhur bangsa. Lahirnya Indonesia disepakati justru karena tidak main mutlak-mutlakan dan srudak-sruduk kayak celeng. Indonesia itu sebuah kompromi, masyarakat dengan beragam budaya. Indonesia harus menolak watak celeng."tegas Butet.
(SIS)