“Melalui film Wiro Sableng mereka melihat bahwa ada potensi perfilman Indonesia sebenarnya mampu untuk dikembangkan ke Asia Tenggara bahkan dunia. Melalui apa? Ya tradisi kita seperti silatnya, Wiro Sableng yang pastinya enggak ada di negara manapun,” jelas Vino.
Suami dari Marsha Timothy ini pun berharap jika para penontonnya juga tidak tertuju pada satu titik seperti CGI tapi juga melihat secara keseluruhan dari film yang diangkat dari novel karya Bastian Tito.
“Soal CGI, ini dikerjakan 99 persen orang Indonesia, jadi jangan kecilkan hati teman – teman dari visual effect artist ini. Mereka pun sudah membuktikan bahwa dnegan budget yang enggak sebesar Hollywood tapi mampu memberikan yang terbaik. Kan penilaiannya enggak adil dong hanya dilihat dari teaser yang berdurasi 1 menit, tapi harus dinilai dari keseluruhan film,” pungkas Vino.
(aln)