"Penghargaan seperti ini menjaga intelektulitas di masyarakat. Di luar negeri penghargaan untuk kesusastraan sangat banyak dengan beragam kategori tetapi di Indonesia sangat sedikit," jelas Ayu Utami.
Baginya penting menjaga kedekatan kesusastraan dengan masyarakat. Dengan demikian intelektualitas masyarakat akan berkembang.
"Ini ikhtiar yang luar biasa dari indonesia untuk memberikan penghargaan untuk kesusastraan. Kalau semua sastrawan memboikot apa yang perlu diboikot, maka akan jauh dari masyarakat," jelas Ayu Utami.
Kiprah Ayu Utami sebagai penulis novel membawanya sampai pada saat ini. Beberapa judul buku yang dibuat antara lain Saman, Larung, Bilangan Fu, Manjali Dan Cakrabirawa, Cerita Cinta Enrico, Soegija: 100% Indonesia, Lalita (Seri Bilangan Fu), Si Parasit Lajang Pengakuan: Eks Parasit Lajang, dan Maya. Penghargaan yang ia terima antara lain, Roman Terbaik Dewan Kesenian Jakarta 1998, Prince Claus Award 2000 dan Khatulistiwa Literary Awards, kategori prosa.
Selain Ayu Utami, tokoh yang mendapatkan penghargaan adalah di ajang Penghargaan Achmad Bakrie 2018 adalah Salim Said sebagai pemikir sosial, dan Ferry Iskandar di bidang sains.
(aln)