Berperan sebagai sutradara dalam film ini, Angga Dwimas Sasongko menuturkan, film Perang Jawa akan mengangkat kisah Pangeran Diponegoro, tetapi dengan pendekatan yang lebih luas dan filosofis, bukan sekadar film perang atau biopik, dan akan berfokus pada peristiwa penting lima tahun Perang Jawa (1825–1830).
“Film ini bukan kerja dari Visinema saja, tapi merupakan ikhtiar bersama untuk bangsa,” ujar Angga. Ia menambahkan, salah satu alasan di balik produksi film ini adalah minimnya film epik di Indonesia.
Menurutnya, setelah 30 atau 40 tahun, film dengan skala sebesar film Tjoet Nja' Dhien karya Eros Djarot belum ada lagi hingga saat ini. Ia berharap Perang Jawa bisa sebesar dan memiliki dampak positif yang melampaui zaman, seperti film Tjoet Nja' Dhien.
Produser film Perang Jawa, Taufan Adryan, yang turut hadir dalam pertemuan ini menjelaskan, “Setelah kami melakukan riset yang mendalam, yang menarik bukan hanya perangnya, tetapi bagaimana Diponegoro menjadi sosok Diponegoro."
"Kita ingin mengangkat prinsip kejawaan dan kepemimpinan beliau yang ikonik. Film ini akan bercerita tentang perjalanan yang dia alami, bukan hanya film perang dengan aksi heroiknya saja, tapi sosok Diponegoro sebagai leader,” tuturnya.