Britpop atau Britain Pop adalah jawaban dari Inggris atas kemunculan musik baru era 1990-an yang berasal dari Seattle, Amerika Serikat, seperti Pearl Jam, Nirvana, dan Alice in Chains.
Britpop merupakan sebuah gerakan yang tumbuh di kalangan anak muda Inggris, yang menekankan pada musik dengan dominasi gitar.
Dikutip dari Medium, Britpop juga sering disebut sebagai musik independen atau indie music, karena band-band dalam gerakan ini cenderung menghindari komersialisasi dan mengekspresikan semangat perlawanan terhadap sistem musik arus utama.
Berikut adalah daftar lima band Britpop terbaik versi Okezone.
Menurut Express, Blur terbentuk ketika Damon Albarn bertemu dengan gitaris Graham Coxon saat mereka masih berkuliah di Goldsmiths College, London.
Awalnya, band ini bernama Seymour sebelum akhirnya berganti nama menjadi Blur setelah menandatangani kontrak dengan label rekaman.
Album pertama mereka berjudul Leisure (1991) dan dirilis dengan single “She’s So High”. Namun, menurut Farout Magazine, tur album ini justru menjadi mimpi buruk.
Pendapatan yang minim, jadwal yang berantakan, dan masalah pajak membuat kondisi band berada di titik terendah. Blur nyaris tenggelam, tetapi mereka bangkit lewat album ketiga yang ikonik: Parklife (1994).
Album ini berhasil terjual lebih dari 5 juta kopi di seluruh dunia, meraih 4 kali Platinum, serta memenangkan sejumlah penghargaan bergengsi seperti Best Album of the Year, Best Group, dan British Video of the Year di Brit Awards 1995.
Parklife dianggap sebagai momen pendewasaan Blur. Album ini menjadi semacam jawaban mereka terhadap kehidupan kelas menengah Inggris yang penuh tekanan. Lirik-liriknya memuat kritik sosial yang tajam terhadap rutinitas, tekanan modernitas, dan kehidupan dewasa yang membosankan.
Lirik seperti:
“Avoiding all work
'Cause there's none available
Like battery thinkers
Count your thoughts on one, two, three, four, five fingers”
(Blur – Girls & Boys)
menggambarkan realitas kaum muda Inggris pada saat itu, termasuk pengangguran dan kehidupan yang makin kehilangan arah.
Dengan aransemen musik yang menggabungkan elemen pseudo-psychedelic, alternative pop, dan nuansa eksentrik khas Inggris, Blur menolak menjadi band yang mengikuti arus. Persaingan panas mereka dengan Oasis sepanjang era 90-an juga menjadikan Blur sebagai salah satu pilar utama dalam sejarah Britpop.
Oasis adalah band rock asal Inggris yang terbentuk di lingkungan keras Manchester pada tahun 1991.
Band ini beranggotakan kakak beradik Liam Gallagher sebagai vokalis utama dan Noel Gallagher sebagai gitaris utama, vokal latar, sekaligus penulis lagu utama.
Formasi awal Oasis juga diperkuat oleh Paul "Bonehead" Arthurs pada gitar ritme, Paul "Guigsy" McGuigan pada bass, serta Tony McCarroll pada drum.
Berbeda dengan Blur yang baru mencetak kesuksesan besar pada album ketiga mereka, Oasis langsung meraih popularitas sejak album debut Definitely Maybe.
Album ini dirilis pada 29 Agustus 1994 dan langsung menempati posisi puncak tangga lagu di Inggris.
Disadur dari Oasisnet, Album tersebut kini telah meraih tujuh kali platinum di Inggris dan terjual lebih dari delapan juta kopi di seluruh dunia.
Kesuksesan Oasis semakin melesat lewat album kedua yang berjudul (What's the Story) Morning Glory? Album ini membawa Oasis menjadi band terbesar di Inggris pada era 1990-an. Pada ajang Brit Awards tahun 1996, Oasis mendapatkan tiga penghargaan sekaligus, yaitu Best British Group, British Album of the Year, dan British Video of the Year.
Momen tersebut juga menjadi sorotan karena pidato kontroversial Liam Gallagher yang secara terang-terangan mengejek Blur dengan menyebut “s***life”, yang mengarah pada album Parklife.
Album Morning Glory dianggap sebagai karya terbaik Oasis. Lagu-lagu dalam album ini menggambarkan sikap penuh amarah, kebencian, dan perlawanan terhadap kecanduan. Salah satu lirik yang paling ikonik berbunyi:
“All your dreams are made
When you're chained to the mirror and the razor blade...”
(Oasis – Morning Glory)
Lirik tersebut merupakan metafora tentang kecanduan narkoba, sebuah tema kelam yang kerap hadir dalam lirik lagu Oasis.
Selain sikap panggung yang penuh kontroversi, Oasis juga dikenal karena lagu-lagunya yang bersifat abadi, seperti Wonderwall dan Don't Look Back in Anger. Oasis menjadi representasi nyata kelas pekerja di Inggris. Seperti ditulis dalam artikel Mazeys, “They weren’t just singing about working-class life, they were living it.” (sumber: Mazeys).
Keistimewaan Oasis terletak pada kemampuan mereka menciptakan lagu dengan struktur akor yang sederhana namun kuat secara emosional. Lirik-lirik yang lugas dan jujur membuktikan bahwa musik yang apa adanya justru bisa menyentuh jutaan pendengar di seluruh dunia.
Radiohead adalah band rock alternatif asal Inggris yang dikenal dengan nuansa musiknya yang gelap dan penuh kritik sosial.
Band ini terbentuk pada tahun 1985 oleh Thom Yorke, Jonny Greenwood, Colin Greenwood, Phil Selway, dan Ed O’Brien. Mereka mulai bermain musik bersama saat masih bersekolah di Abingdon School, Oxfordshire, dan menamai band mereka On A Friday.
Radiohead tampil untuk pertama kalinya di Jericho Tavern, Oxford. Pada tahun 1991, mereka menandatangani kontrak dengan EMI Records dan resmi mengganti nama menjadi Radiohead.
Tahun berikutnya, mereka merilis EP pertama berjudul Creep (sumber: NME). Namun, EP tersebut awalnya tidak berhasil secara komersial.
Meskipun begitu, Radiohead terus berkarya hingga akhirnya mencapai kesuksesan besar melalui album kedua mereka, The Bends yang dirilis pada tahun 1995. Album ini berhasil terjual lebih dari 2,5 juta kopi di seluruh dunia, dengan lagu andalan High and Dry yang telah diputar lebih dari 500 juta kali di platform musik digital.
Puncak kesuksesan Radiohead datang pada tahun 1997 melalui album ikonik OK Computer. Album ini dipandang sebagai bentuk kritik terhadap kehidupan modern yang semakin individualistik dan bergantung pada teknologi.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh The State Press, OK Computer disebut sebagai album yang mampu “memprediksi masa depan” berkat kritiknya terhadap konsumerisme, kapitalisme, dan keterasingan sosial.
Album ini dianggap sebagai karya terbaik Radiohead, dengan penjualan lebih dari 5,7 juta kopi di seluruh dunia. Salah satu lagu paling mencolok dari album ini adalah No Surprises, yang liriknya berbunyi:
“A heart that's full up like a landfill
A job that slowly kills you
Bruises that won't heal...
I'll take a quiet life
A handshake of carbon monoxide”
(Radiohead – No Surprises)
Lirik ini menggambarkan tekanan hidup dalam sistem sosial modern, perasaan lelah secara emosional, serta keinginan untuk melarikan diri dari kenyataan yang menyesakkan.
Radiohead dikenal sebagai band dengan pendekatan artistik yang gelap, lirik yang puitis namun depresif, serta aransemen musik yang eksperimental. Nada dan lirik musik mereka sering digambarkan sebagai "dark", mencerminkan kecemasan zaman modern.
The Verve, band asal Wigan, Lancashire, dibentuk pada tahun 1990. Formasi awal band ini terdiri atas Richard Ashcroft (vokal, gitar), Nick McCabe (gitar), Simon Jones (bass), dan Peter Salisbury (drum). Pada akhir tahun 1995, Simon Tong, teman sekolah lama mereka, bergabung untuk memainkan gitar dan keyboard.
Richard, Simon, dan Peter saling mengenal sejak bersekolah di Upholland High School, sedangkan Nick direkrut dari Winstanley College. Penampilan awal mereka langsung menarik perhatian.
Para penulis musik saat itu bahkan menyebut mereka sebagai band yang “gigantic” dan “already immortal” meskipun belum merilis rekaman. Di tengah skena musik Inggris yang sedang menanti gebrakan baru, Verve hadir dan langsung mendapatkan respons yang kuat dari penonton.
Pada tahun 1991, The Verve menandatangani kontrak dengan Hut Records dan merilis beberapa single awal seperti “All in the Mind”, “She’s a Superstar”, dan “Gravity Grave”. Ketiganya mendapat sambutan hangat dan sukses di tangga lagu UK Indie.
Album paling sukses mereka adalah Urban Hymns, yang dirilis pada tahun 1997 dan telah terjual lebih dari 10 juta kopi di seluruh dunia (menurut data dari Best Selling Albums). Di album inilah terdapat lagu paling ikonik mereka, “Bitter Sweet Symphony”.
Lagu ini menggunakan sampel dari versi instrumental lagu The Rolling Stones berjudul “The Last Time” yang diproduseri oleh Andrew Oldham. Namun, penggunaan sampel tersebut menimbulkan kontroversi.
Allen Klein, mantan manajer The Rolling Stones yang memiliki hak cipta lagu-lagu mereka hingga tahun 1970 melalui perusahaan ABKCO Records, menggugat The Verve tak lama setelah “Bitter Sweet Symphony” dirilis. Ia menuduh bahwa The Verve telah menggunakan bagian lagu “The Last Time” lebih banyak dari yang disepakati sehingga dianggap melanggar hak cipta penulis lagu.
Pertanyaan ini sering muncul karena dominasi besar “Bitter Sweet Symphony”, terutama di pasar Amerika Serikat. Di Spotify, lagu ini telah diputar lebih dari satu miliar kali, jauh meninggalkan lagu-lagu The Verve lainnya. “Lucky Man” berada di posisi kedua dengan 210 juta streams, disusul oleh “The Drugs Don’t Work” dengan 150 juta streams.
Namun, menyebut The Verve sebagai one hit wonder tentu tidak tepat. Meskipun hanya “Bitter Sweet Symphony” yang benar-benar menembus pasar musik Amerika, The Verve adalah salah satu nama besar dalam skena Britpop dan sangat dihormati di Inggris. Lagu-lagu mereka membahas tema mendalam seperti adiksi, cinta, dan eksistensialisme.
Dalam lagu “The Rolling People”, mereka menulis:
“'Cause death has no fans”
“I'll be the first to toast
Yeah to my rotten soul”
Lirik seperti ini memperlihatkan kekuatan ekspresif The Verve sebagai band yang tidak hanya dikenal karena satu lagu, tetapi juga karena kedalaman lirik, artistik, dan ciri khas yang kuat.
Brett Anderson, yang lahir dan besar di Lindfield, West Sussex, mulai menaruh minat besar pada musik sejak masa remajanya. Ia menjalin kedekatan musikal dengan sahabatnya, Mat Osman.
Saat kuliah di University College London, Anderson bertemu dengan Justine Frischmann. Keduanya menjalin hubungan romantis sekaligus kreatif, dan bersama Osman, mereka membentuk sebuah band. Posisi gitaris akhirnya diisi oleh Bernard Butler yang mereka rekrut lewat iklan di majalah NME.
Setelah sejumlah penampilan yang sepi penonton dan kandasnya hubungan antara Anderson dan Frischmann, Justine memutuskan keluar dari band dan kemudian meraih kesuksesan bersama Elastica. Suede pun merelakan kepergiannya dan sempat mempertimbangkan Mike Joyce, mantan drummer The Smiths. Tetapi, mereka tidak jadi merekrutnya demi menjaga identitas band.
Akhirnya, posisi drummer diisi oleh Simon Gilbert yang saat itu bekerja di serikat mahasiswa University of London bersama manajer Suede kala itu, Ricky Gervais, yang kemudian dikenal sebagai komedian ternama.
Setelah mendengar demo Suede, Gilbert langsung tertarik dan resmi bergabung. Formasi klasik Suede pun terbentuk, terdiri dari Anderson, Osman, Butler, dan Gilbert. Bersama, mereka mulai menciptakan musik yang emosional dan penuh warna, gaya khas yang mendefinisikan musik mereka.
Meskipun nama dan angka penjualan Suede tidak sebesar Blur atau Oasis, band ini tetap menjadi salah satu pilar penting dalam era Britpop. Lagu-lagu seperti Beautiful Ones dan Animal Nitrate menampilkan riff gitar yang khas dan mudah dikenali.
Album mereka yang paling sukses, Coming Up, dirilis pada tahun 1996 dan memuat lagu Beautiful Ones. Album ini berhasil terjual sebanyak 400 ribu kopi menurut data dari situs bestsellingalbums.org.
Berbeda dengan banyak band Britpop lainnya yang kerap diasosiasikan dengan narasi politik atau simbol perlawanan, Suede justru menegaskan bahwa mereka bukanlah band yang membawa pesan politik.
Fokus utama Suede lebih tertuju pada pengalaman pribadi dan perasaan keterasingan yang bersifat universal.
(kha)