"Lagi COVID-19 meriang, menggigil, napas aja susah. 15 Juni dihajarin dari jam 2 pagi sampai jam 6 pagi nonstop. Dicekik, diremas," ungkapnya.
"Aku ada gejala (COVID-19), dia enggak ada gejala. Jadi enggak sefrekuensi. Aku lagi rebahan yang benar-benar lemas, dia enggak ngerti. Aku digebukin, diludahin," lanjutnya lagi.
Akhirnya pada pukul 6 pagi Nadia menghubungi sang ibunda. Setelah itu, sang paman datang untuk membawanya ke rumah sakit.
"Hancur, muka hancur, si virus juga mulai makin mengganas karena mental down. Sesak napas," ceritanya Nadia.
Penganiayaan selama 4 jam nonstop itu membuat Nadia yakin ingin mengakhiri pernikahannya dengan Alfath. Menurutnya, tak ada lagi yang bisa dipertahankan dari rumah tangganya.
(LID)