JAKARTA - Tak bisa dipungkiri budaya ondel-ondel dari Betawi kini sering ditemui di jalanan dan mengamen. Hal ini sangat disayangkan oleh Rano Karno yang mencintai kebudayaan tradisional betawi.
Baca Juga: Malam Nuzulul Qur'an, Rano Karno Siap Garap Skenario Si Doel 3
Rano Karno melihat fenomena ondel-ondel turun ke jalan ini tidak sesuai dengan akar budaya Betawi. Awalnya ondel-ondel biasa ditampilkan di hari-hari besar Jakarta atau bahkan pernikahan orang Betawi.
"Ondel-ndel itu bukti sejarah. Dia punya sejarah, artinya tempatnya bukan di pinggir jalan. Tempatnya mulia, di kawinan. Kalau ini kan tidak, saya baru belakangan sadar kok banyak sekali dengar radio kampung keliling. Semakin menyedihkan bagi saya, loh," kata Rano Karno saat ditemui di Jakarta Selatan.
Sejauh ini, Rano Karno berasumsi bahwa turunnya ondel-ondel ke jalanan untuk mengamen memang didorong oleh faktor ekonomi. Sebagai contoh, Rano menyebutkan bahwa Setu Babakan adalah wadah atau tempat di mana orang-orang bisa menikmati kebudayaan Betawi seperti ondel-ondel.
"Harusnya tidak seperti itu, ada tempat di Setu Babakan. Cuma di Setu Babakan hanya ramai pas weekend saja atau mungkin ulang tahun Jakarta yang setiap tahun, sementara hidupnya kan harus setiap hari. Terkadang yang jual kerak telor saja merasa kemahalan sewa lapak jualan, itu realita," sambungnya.