Martin Kirsten, salah satu bodyguard, mengaku sempat memberikan dua dosis obat resep anti-kecemasan kepada Chris Cornell. Obat-obatan bernama Ativan ini juga ditulis dalam laporan polisi setelah kematian Chris. Kirsten sendiri yang akhirnya menemukan Chris tak bernyawa setelah mendobrak pintu kamar hotel sang vokalis yang hanya berbeda dua lantai dari kamarnya.
“Pihak keluarga percaya bahwa jika Chris rela mengakhiri hidupnya, dia tidak tahu apa yang sedang ia lakukan, dan obat-obatan atau zat lain mungkin memengaruhi aksinya,” ujar Kirk Pasich, pengacara keluarga Chris Cornell, dalam pernyataannya.
Baca Juga:
Jadi Budak Seks 31 Pria, Jang Ja Yeon Putuskan Bunuh Diri
Sebelum Mualaf, Sinead O Connor Alami Gangguan Mental hingga Ingin Bunuh Diri

Perlu diketahui bahwa Chris Cornell sudah mengonsumsi Ativan sejak 20 bulan sebelum kematiannya. Pihak keluarga pun sempat mengajukan gugatan kepada Dr. Robert Koblin yang memberikan resep lorazepam, obat untuk mengatasi rasa kecemasan, tanpa memeriksa kondisi fisik dan berbicara langsung dengan Chris selama periode 20 bulan itu.
Penyelidik kemudian memutuskan kematian Cornell ternyata bukan karena pengaruh obat-obatan seperti yang tertuang dalam gugatan istrinya. Tes toksikologi menunjukkan keberadaan Ativan bersama dengan barbiturat, kafein, obat anti-opioid nalokson, dan dekongestan bukan penyebab utama kematian sang vokalis.