"Dan enggak boleh ada suara. Kalaupun ada harus kencang," lanjut Zhe Zhe.
Mendidik anak dengan cara seperti itu, baik Prabu dan Zhe Zhe tentunya memiliki sebuah alasan tersendiri. Salah satunya adalah, bagi mereka seorang anak laki-laki memang tak boleh cengeng, karena hal tersebut dapat menimbulkan perilaku pembullyan dikemudian hari.
Keduanyapun mengaku tak ingin hal tersebut terjadi kepada sang putra. Oleh karenanya mereka menerapkan istilah menangis pada tempatnya.
"Biar dia tahu, sebenernya dia boleh nangis tapi ada tempatnya. Dia enggak bisa nangis sembarang tempat. Apalagi laki. Nanti pas dia sudah SD bergaul sama teman-temannya. Dulu kan kita pernah ngalamin, saya pernah ngalamin," papar Prabu.
"Laki-laki kalau gampang nangis itu bakal gampang dibully sama teman-temannya. Jadi membiasakan diri dia mengelola emosi. Jadi kalai mau nangis, dia tahu kemana harus pergi kemana," sambungnya.
Sementara itu Prabu mengaku bahwa hal-hal kecillah yang membuat sang anak mudah menangis. Namun Zhe Zhe menjelaskan bahwa perilaku terlalu drama sang anak diadaptasi dari kelakuan sang suami saat masih kecil.