JAKARTA – Legenda tentang pedang bernama Excalibur dan Raja Arthur memang bukan cerita baru yang diangkat menjadi sebuah film. Kisah ini sudah berulang kali diangkat tentu saja dengan berbagai versi. Namun, dari sekian banyak film tentang Raja Arthur dan Excalibur, film berjudul King Arthur: Legend of the Sword mungkin menjadi salah satu yang terbaik.
Banyak hal yang membuat film ini layak disebut sebagai sebuah film baik. Dari segi cerita, kita sudah pasti akan mengetahui bagaimana Arthur, yang terbuang sejak kecil, dari bukan siapa-siapa menjadi seorang Raja yang dicintai oleh rakyatnya. Premis standar, di mana kebaikan akan menang melawan kejahatan, sudah menjadi konsumsi pasti dalam film yang mengangkat kisah ini.
Akan tetapi, pujian harus disematkan kepada Guy Ritchie karena sukses membuat film ini begitu hidup dan nyata. Bukan soal bagaimana cara Arthur mendapatkan tahta dan pedang Excaliburnya lagi, mantan suami Madonna ini menyajikan visualisasi jalan cerita yang begitu indah dan lengkap dari segi skenario.
Bagian awal film dibuka dengan awal mula cerita antara Raja Uther (Eric Bana) menghentikan langkah Modred dalam menguasai dunia. Modred adalah penyihir jahat yang haus akan kekuasaan. Padahal sebelumnya kaum manusia dan penyihir hidup damai dan tenteram tanpa peperangan.
Raja Uther akhirnya harus turun dari kekuasannnya setelah Vortigen (Jude Law) berkhianat dan bekerja sama dengan Modred. Ia pun akhirnya menjadi Raja di Camelot meski dengan cara tidak pantas. Sementara itu Arthur kecil harus diselundupkan ke dalam sebuah perahu agar tidak dibunuh oleh Vortigen.