LAgu “Terima Kasih” ditulis sebagai bentuk refleksi — sebuah surat terbuka bagi seseorang yang pernah menjadi cahaya di masa lalu. TWONDA menyelipkan nuansa rindu, kehilangan, dan penerimaan, namun tetap membiarkan pendengarnya merasakan kehangatan dari rasa syukur yang akhirnya hadir.
Lagu ini tidak hanya merayakan sosok guru dalam konteks pendidikan, tetapi juga figur-figur kecil dalam kehidupan yang sering kita abaikan: teman, pasangan, saudara, bahkan seseorang yang hanya sebentar hadir namun memberikan pelajaran berarti.
“Kami ingin lagu ini jadi pengingat kecil bahwa kadang rasa terima kasih datang terlambat, tapi tetap punya tempat. Lagu ini kami buat untuk siapa pun yang pernah jadi guru — yang mengajarkan nilai, keberanian, atau bahkan cara melihat hidup,” kata TWONDA.
(kha)