Menguak Potensi Musisi Jazz Indonesia, Barry Likumahuwa Soroti Selera Gen Z dan Alpha

Tuty Ocktaviany, Jurnalis
Jum'at 14 Februari 2025 13:48 WIB
Menguak potensi musisi jazz Indonesia, Barry Likumahuwa soroti selera gen Z dan Alpha. (Foto: Tuty Ocktaviany/Okezone.com)
Share :

JAKARTA – Industri musik jazz di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Semakin banyak musisi jazz berbakat bermunculan, membawa warna baru dalam genre yang dulu dianggap eksklusif.

Festival jazz di Tanah Air juga punya peminat yang besar, tidak kalah bersaing dengan genre lainnya. Itu menjadi wadah bagi para musisi untuk menampilkan karya mereka.

Selain itu, perkembangan platform digital juga membuka peluang bagi musisi jazz Indonesia untuk lebih dikenal, baik di dalam maupun luar negeri. Salah satu musisi yang melihat perkembangan ini secara langsung adalah Barry Likumahuwa.

Sebagai salah satu ikon jazz Tanah Air, Barry Likumahuwa menilai bahwa para musisi Indonesia memiliki kualitas yang luar biasa.

"Musisi kita tuh hebat-hebat," ujarnya, menyoroti bagaimana talenta lokal mampu bersaing di kancah global saat berbincang dengan Okezone.com di The Papandayan, Bandung, ditulis Jumat (14/2/205).

Barry Likumahuwa senang melihat industri musik jazz di Indonesia berkembang.

“Surprise ini dengan gen-Z dan gen alpha karena sepertinya mereka lebih lebih tertarik dengan jazz. Mungkin teknologi informasi yang berbeda, nggak kayak zaman dulu,” kata Barry Likumahuwa.

Untuk itu, dia pun punya harapan yang positif buat perkembangan jazz di Indonesia. Dia juga menekankan pentingnya regenerasi dan adaptasi dalam industri jazz, agar musik ini tetap relevan bagi generasi muda.

Barry Likumahuwa puji musisi jazz di Indonesia hebat. (Foto: Tuty Ockta/Okezone.com)

“Musisi jazz Indonesia itu, yang muda-muda usianya 10 hingga 20 tahun di bawah saya, terlalu jago, terlalu bagus. Saya yakin banget,” katanya.

Barry Likumahuwa melihat mereka sangat berbakat dan memiliki kualitas yang luar biasa. Dia pun sangat yakin akan potensi mereka.

Namun, dia menekankan bahwa pemerintah perlu lebih menyadari peran industri kreatif, khususnya musik, sebagai senjata untuk invasi budaya. Bukan bermaksud mengkritik, tetapi Barry Likumahuwa melihat hal ini sebagai sesuatu yang penting untuk diperhatikan.

Barry mencontohkan, lewat jazz bisa menjadi alat komunikasi yang luar biasa karena banyak orang di luar negeri sudah mendengar kepiawaian musisi Indonesia.

“Musisi Indonesia tuh hebat-hebat. Cuma, belum ada tindakan resmi dari pemerintah yang membawa musisi Indonesia secara regular, kalau perlu setahun dalam setiap kuartalnya tuh ada satu musisi yang main di luar negeri. Harusnya dengan dukungan penuh dari pemerintah, saya yakin itu bisa membuat wajah Indonesia di mata dunia makin harum, maju,” ujarnya.

Untuk mendukung regenerasi musisi jazz, Barry Likumahuwa terus konsisten dalam mendukung The Papandayan Jazz Festival. Tahun ini, festival tersebut memasuki usia ke-10, menjadi bukti komitmen panjang dalam merayakan musik jazz dan mendorong talenta muda untuk terus berkembang.
 

 

Ditemui di lokasi yang sama, Muhammad M Fikri selaku Event & Branding Manager The Papandayan, menceritakan asal mula acara ini.

"Kami memiliki kampanye The Papandayan Jazz yang bertujuan memberikan panggung bagi musisi jazz yang saat ini kesulitan menemukan tempat untuk tampil. Tanpa panggung yang memadai, regenerasi musisi jazz menjadi cukup sulit. Karena itu, kami memulai Jazz Weekly sebagai wadah untuk mendukung mereka," ujar Fikri kepada Okezone.com.

Muhammad M Fikri ungkap soal regenerasi musisi jazz. (Foto: Tuty Ocktaviany)

Dari kegiatan ini, menurut Fitri, muncul ide untuk mengadakan The Papandayan Jazz Fest sejak 2015.

"Festival Jazz ini terus berkembang, bahkan di masa Covid, kami tetap menyelenggarakan acara, meskipun secara hybrid. Pada saat itu, kami melakukan terobosan baru. Tidak hanya memberikan panggung, tetapi juga melakukan regenerasi musisi jazz melalui kompetisi The Papandayan International Online Jazz Competition, yang kini sudah memasuki tahun kelima," ucap Fikri, yang pernah lolos Top 24 Indonesian Idol 2018.

Menurut Fikri, acara tersebut diselenggarakan secara hybrid, dimulai dengan sesi audisi, dilanjutkan dengan semifinal, dan ditutup dengan grand final. Beberapa juri yang terlibat dalam kompetisi ini, antara lain Barry Likumahuwa, Hari Pochang, Venche Manuhutu, Nita Aartsen, Kostas Patsiotis, dan Henk Kraaijeveld.

"Seiring perkembangannya, kami menambahkan penilaian. Ternyata, musik jazz ini bisa bertransformasi dan partisipannya juga semakin beragam. Tidak hanya dari lokal, tetapi juga internasional," ucap Fikri.

Terkait The Papandayan Jazz Fest, Fikri menyebutkan bahwa acara ini direncanakan digelar pada 4 dan 5 Oktober 2025.

"Di acara ini, tidak hanya konser musik yang akan kami hadirkan. Berbeda dengan festival lainnya, kami akan mengadakan opening ceremony dan memberikan penghargaan kepada musisi yang kami anggap sebagai legend," ucap Fikri, yang juga menyebutkan bahwa sekitar 100 musisi akan terlibat dalam acara tersebut.

(tty)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Celebrity lainnya