"Semuanya berproses ya, aku pernah kejadian paling parah ketika emosional di lokasi syuting, ketika tidak ada orang yang tau aku pernah membanting hp sampai menekuk,"ungkapnya.
Sebelum membanting ponselnya itu, Ernest mengaku memang sempat terlibat cekcok dengan timnya. Beruntung, peristiwa tersebut terjadi saat Ernest sedang sendirian sehingga tak disaksikan oleh satu pun kru atau pemain. Ia tak menjelaskan lebih lanjut peristiwa tersebut terjadi di tahun berapa karena ingin tetap merahasiakannya dari kru dan pemain yang terlibat kala itu.
"Jadi itu dulu aku gak mau sebut tahunnya tahun berapa karena nanti 'ini jangan-jangan pas film sama gue'. Pokoknya ada lah salah satu film aku pernah bercek-cok sampai ketika semuanya makan siang aku di depan monitor sendirian, udah gak ada orang. Kesel banget teriak terus banting HP sampe ngelipet,"ujarnya.
Ernest memahami betul kondisi seseorang di lokasi syuting dimana mengalami kelelahan sehingga ketika terjadi peristiwa yang tidak mengenakan tentu emosi akan memuncak hingga timbul lah konflik.
"Setiap bikin film itu pasti ada dramanya, pasti ada konfliknya, namanya orang lagi capek, tensi tinggi kadang ada hal-hal yang diluar dugaan dan bikin jadi spaneng,"sambungnya.
Ernest pun memetik pelajaran berharga dari pengalamannya. Ia menyadari bahwa sebagai sutradara atau produser yang memimpin jalannya proses syuting harus mampu mengatur emosinya. Ketika meledak, suasanya pasti akan berubah dan kemungkinan akan menganggu jalannya proses syuting.
"Tapi semakin kesini semakin bisa belajar untuk mengatur bagaimana caranya (menahan emosi). Apalagi sebagai sutradara atau produser yang memimpin kalau pemimpin udah lepas tempramental terus timnya liat pasti akan terpengaruh," imbuhnya.
(ltb)