JAKARTA - Enda Ungu merupakan seorang gitaris yang namanya cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Ia diketahui bergabung dengan Ungu, setelah sebelumnya bekerja sebagai teknisi gitar untuk band tersebut selama kurang lebih 2 tahun.
Tak mudah bagi pemilik nama asli Franco Wellyjat Medjaya Kusumah itu untuk bisa membuktikan jika dirinya layak mengisi posisi sebagai gitaris band Ungu. Bahkan, mendiang ayahnya sendiri tak percaya jika ia mampu menghasilkan uang dari profesinya sebagai seorang pemusik.
Dikutip dari tayangan di YouTube Menjadi Manusia, Enda pun menyebut bahwa dirinya sempat meminta izin pada sang ayah untuk merantau ke Jakarta. Selain meminta doa restu lantaran ingin memperbaiki nasib di ibukota, ia juga berharap mendapatkan sedikit bekal uang untuk kehidupannya nanti.
Sayangnya, ayah Enda justru menganggap remeh keinginannya. Bahkan ia sempat diminta untuk menetap di Manado dan bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
"Jadi pertama kali ke Jakarta itu, aku minta izin sama papa ku untuk, ya.. biar dikasih uang lah ya untuk beli tiket. Bokap malah bilang 'Ngapain main musik? Lihat aja tuh keluargamu yang main main musik, mana ada yang berhasil?’," ungkap Enda, mengingat momen ketika ia meminta izin pada sang ayah untuk merantau ke Jakarta.
"Jadinya aku bilang ‘Emang kalau aku di Manado sini aku ngapain?’, bokap jawab 'Ya kamu sekolah, jadi pegawai negeri, biar dapat gaji, biar dapat pensiun, nanti kalau tua, biar bisa hidupin anakmu’," lanjutnya.
Mendapat nasihat untuk menjadi PNS, Enda pun sontak mengatakan jika ditanya tak suka uang. Hal itulah yang membuat ayahnya marah hingga tak merasa dihargai.
Alhasil, Enda pun nekat pergi ke Jakarta dengan menggunakan kapal selama 5 hari 4 malam dengan bermodalkan uang Rp 110.000 saja.
"Dengan bermodalkan uang Rp 110.000 aku pikir itu tiket dan udah plus kamar di dalam kapal, ternyata enggak. Ya tidur disitu, di jalan-jalan yang di emper, siapa cepat dia dapat gitu. Bayangin, di bawah tangga, hari-hari pertama gue tidur dibawah tangga, hari kedua gue agak dekat ke pantry, terus hari ketiga pindah sampai akhirnya di dekat sekoci. 5 hari bro perjalanan," paparnya.
"Lu bayangkan aja. Lu gak ngeliat pulau lima hari, ngeliat laut aja, yang sebenarnya ya susah. Di kapal itu bukan masalah kita bosan atau enggak, buat menutupi perut ini nih laper, belum makan. Kalau orang banyak duit kan enak, tinggal ke kantin ke pantry aja beli-beli, cuma kan kalau kita kan uang terbatas, mana di Jakarta kan, aduh mau ngapain nih? Gak ada uang sama sekali," sambungnya.
Bermodalkan dirinya yang memiliki sikap bergaul dan mudah akrab dengan orang lain, Enda pun tak lagi merasa kelaparan. Meski ia menyadari bahwa tinggal di Jakarta sebagai perantau yang tak memiliki modal, bukanlah hal yang mudah.
"Mungkin disitu karena Allah memberikan aku kelebihan, bahwa aku gampang bergaul orangnya, jadi aku bergaul sama koki-koki, ngerokok sama koki-koki gitu di di kapal. Akhirnya, gue makan gratis. Dikasih terus, dikasih makan," tandasnya.
(van)