Angga sendiri tidak mempermasalahkan perubahan itu, karena ingin menyasar kalangan masyarakat yang berbeda. Ia juga menilai berubahnya nuansa lagu bukan berarti kekhasan atau kualitas musik ciptaan Maliq & D’Essentials jadi ikut berubah. Justru, perubahan nuansa musik itu sudah dipahami penikmat musik mereka.
”Khasnya Maliq, tiap album itu ada sesuatu yang nyeleneh. Ini bentuk ke-nyeleneh-an kita, masukin Arabic ini. Jadi mungkin banyak orang yang lebih suka album lama, lebih suka album baru, tergantung generasinya aja,” ucap Angga.
Oleh karena itu, perubahan nuansa musik yang disuguhkan Maliq & D’Essentials bisa dipastikan akan terjadi. Hal itu pun tidak jadi masalah bagi band asal Jakarta tersebut. Justru, nuansa itu seharusnya jadi karya terbaik bagi Maliq & D’Essentials saat diciptakan, karena sesuai perasaan mereka. Justru, Angga menilai akan sulit bagi Maliq & D’Essentials untuk membuat karya yang nuansanya sama dengan karya-karya mereka sebelumnya.
“Kalau kita dibilang disuruh buat lagu kayak album pertama mungkin belum tentu mirip ya, walaupun kita mirip-miripin. Karena kitanya juga berubah. Jadi emang kita berkreasi dengan apa yang kita rasain sekarang aja. (Tapi,) Kita pengen serius dalam membuat album. Jadi bukan cuma hit single-nya aja, tapi value buat pendengar gitu,” tutup Angga.
(aln)