Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Keluarga WR Soepratman Larang Penayangan Film WAGE, Ajukan 5 Poin Keberatan

Siska Maria Eviline , Jurnalis-Rabu, 02 Oktober 2024 |19:00 WIB
Keluarga WR Soepratman Larang Penayangan Film <i>WAGE</i>, Ajukan 5 Poin Keberatan
Keluarga WR Soepratman Larang Penayangan Film {WAGE}, Ajukan 5 Poin Keberatan. (Foto: OPSHID Media)
A
A
A

JAKARTA - Keluarga besar WR Soepratman meminta film WAGE tak ditayangkan secara luas di bioskop. Keputusan itu diambil keluarga setelah menonton film tersebut di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, pada 26 September silam.

Dalam keterangan resminya, Budy Harry, Ketua Umum Yayasan WR Soepratman mengajukan lima keberatan kepada Ivan Nugroho, Direktur PT Opshid Media. Adapun keberatan itu sebagai berikut:

Pertama, adegan kekerasan yang diterima WR Soepratman dari sang ayah di bangsal Meester Cornelis pada pembukaan film. “Kami keberatan adegan itu ditampilkan karena memberi kesan ayah WR Soepratman suka melakukan kekerasan,” ujar Budy.

Film WAGE
Keluarga WR Soepratman Larang Penayangan Film WAGE. (Foto: OPSHID Media)

Kesan itu, menurut Budy, sangat bertolak belakang dengan fakta sebenarnya. Mengutip buku Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan WR Soepratman Penciptanya karya Oerip Kasansengari yang dirilis pada 1967, dituliskan kondisi keluarga Wage.

“Dalam lingkungan keluarga, ia sangat disayang dan dicintai. Mungkin karena dia satu satunya anak laki-laki dalam rumah tangga tersebut. Ia bagaikan anak emas yang selalu dimanjakan,” bunyi buku tersebut.

Kedua, adanya disinformasi terkait tempat dan kelahiran Wage. Budy Harry menjelaskan, dalam adegan pelarian WR Soepratman ke Desa Somongari, Purworedjo, pada 1936, ada narasi yang mengatakan Wage lahir di Somongari. 

“Menurut kami, ini disinformasi karena WR Soepratman lahir di Meester Cornelis kini Jatinegara, Jakarta Timur, pada 9 Maret 1903,” tutur Budy Harry dalam keterangan. 

Film WAGE
Keluarga WR Soepratman Larang Penayangan Film WAGE. (Foto: OPSHID Media)

Ketiga, keluarga menyebut adegan pelarian WR Soepratman ke Desa Somongari pada 1936 dan diselamatkan oleh penduduk setempat tidak pernah terjadi. Fakta yang benar adalah Wage tinggal di rumah ayahnya di Cimahi untuk beristirahat dan berobat. 

Setahun setelah pindah ke Pemalang pada 1936, dia pindah ke Surabaya hingga akhirnya meninggal dunia. Meski adegan tersebut termasuk dalam adegan fiksi, namun keluarga menilai, tak seharusnya sejarah WR Soepratman dipelintir.

Empat, film WAGE seolah ingin menggambarkan WR Soepratman dekat dengan kelompok Islam lewat adegan filosofi ‘huruf alif’ saat menulis lagu Indonesia Raya.

 

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita celebrity lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement