PARTAI Perindo sebagai partai anak muda dan modern, mendukung generasi muda, khususnya bagi mereka yang menekuni musik, untuk terus berkarya. Hal itu diharapkan agar para generasi muda dapat mengharumkan nama Indonesia, melalui karya-karya terbaiknya.
Sayangnya, pada masa pandemi seperti saat ini para musisi terpaksa menahan diri untuk bisa menampilkan karya mereka kepada masyarakat. Hal itu juga turut dirasakan oleh Trinity Youth Symphony (Trust) Orchestra.
Christofer Tjandra selaku Head Engineering Trust Orchestra menyebut bahwa dirinya mengalami kesulitan untuk bisa melakukan latihan. Apalagi para pemain orkestra harus menjalani latihan di kediaman mereka masing-masing.
"Karena pandemi ini, kita enggak bisa ketemu. Kita harus cari cara supaya bisa latihan. Biasanya latihan bareng-bareng, ini harus masing-masing," katanya dalam Podcast Aksi Nyata #DariKamuUntuklndonesia dikutip dari channel resmi Partai Perindo, Rabu (06/04/22).

Akan tetapi tim Trust Orchestra tidak kehilangan ide. Mereka memanfaatkan teknologi keterkinian, sama seperti musisi lainnya, untuk dijadikan media latihan dalam sebuah grup musik.
"Kita kirim rekaman untuk dicek latihannya gimana. kalau udah oke kita rekami masing-masing di rumah," ujarnya.
Namun bukan berarti semua itu tak disertai dengan tantangan. Chris menyebut bahwa gangguan suara yang tiba-tiba muncul, kerap menjadi hambatan tersendiri bagi mereka untuk berlatih. Sehingga membuat musik hasil dari latihan itu terdengar kurang sempurna, dan mempengaruhi nada lainnya.
"Tantangannya, kalau ada di rumah bisa ada suara lain, bisa ada tukang bakso lewat, tahu bulat lewat. Nah itu," terangnya.
Sebagai pengetahuan, Trust Orchestra merupakan orkestra remaja terbesar di Jakarta di bawah asuhan Dr Nathania Karina dan satu-satunya yang bernaung di bawah label musik profesional, yaitu Trinity Optima Production sebagai bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR) mereka di dalamnya.
(van)