Tak hanya sampai disitu, Goodridge menambahkan dominasi film Asia pun kini dapat terlihat di platform streaming. Ketika mereka mencari pelanggan di sebuah negara, mereka juga harus membuat film lokal.
"Film-film Marvel tidak bisa begitu saja dilempar ke penonton. Harus ada film buatan lokal dan TV. Mereka menginginkan kisah mereka sendiri. Sehingga perusahaan-perusahaan AS ini menaruh uang pada pembuatan konten di seluruh Asia, termasuk mendirikan pusat di Singapura," papar Goodridge.
Goodridge memprediksi peluang kemunculan film hit dari Asia tergolong tinggi.
"Pergeseran ini bertepatan dengan pandemi. Kita tidak lagi melihat banyak film Hollywood karena film-film itu ditunda, sehingga para penonton di rumah banyak berfokus pada TV atau film berbahasa asing yang menarik dan tidak pernah ditonton sebelumnya. Kita menjadi lebih terbuka pada teks terjemahan," jelasnya.
(aln)