4. Penyelidikan Besar
Terseretnya banyak nama petinggi hiburan membuat penyelidikan besar dilakukan untuk mengungkap tabir kasus ini. Bahkan, lebih dari 40 petugas polisi memeriksa kasus ini. Tidak sampai di situ, kantor kejaksaan juga menugaskan tim investigasi khusus.
Namun, sayangnya tak semua nama yang disebutkan Jang Ja Yeon dinyatakan bersalah karena pengadilan memutuskan bahwa tuduhan tersebut masih kurang bukti. Hanya CEO Jang Ja Yeon dan manajernya yang didakwa atas kekerasan dan pencemaran nama baik.
Pada saat itu polisi menyerbu kantor agensi Jang Ja Yeon di mana mereka menemukan bukti pancuran dan kamar tidur ‘rahasia’ di lantai tiga. Akibat kurangnya bukti kuat, kasus tersebut dilabeli sebagai bunuh diri sederhana.

Kasus tersebut memberikan inspirasi untuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Korea, di mana mereka melakukan sebuah survey tentang prostitusi di hiburan Korea, pada 2010. Mengejutkannya, lebih dari setengah dari sekitar 350 calon artis yang disurvei telah diajukan untuk menjadi budak seks.
5. Diduga Alami Depresi
Kasus tersebut ditutup dengan dugaan bahwa Jang menderita depresi yang mungkin dipicu dari kematian orangtuanya beberapa tahun silam. Ia juga diduga dirawat secara medis selama setahun terakhir, sebelum meninggal.
6. Kasus Diusut Kembali
Setelah 9 tahun berselang, publik Korea menuntut investigasi kasus pelecehan seksual berujung bunuh diri yang menimpa Jang Ja Yeon diusut kembali. Hal ini lantaran orang-orang yang tergabung dalam gerakan #MeToo semakin kuat di Korea. Tuntutan tersebut akhirnya terjawab pada 5 Juni 2018. Bahkan, Kementerian Hukum Korea Selatan telah menunjuk jaksa penuntut untuk membuka kembali kasus Jang Ja Yeon dan menyelidiki kasus paling menghebohkan negara pada dekade ini. Kasus ini memiliki waktu dua bulan sebelum batasannya berakhir.
(LID)