"Aku berharap orang-orang menyadarinya, tapi (ternyata) tak ada yang tahu. Kau tak pernah bertemu denganku, jadi kau tak akan tahu aku di sana. Kau bertanya, kenapa harus (bertahan) hidup. Aku bilang, karena harus. Ya, karena harus. Semua orang orang hidup karena mereka harus hidup. Jika kau tanya kenapa orang mati, mereka harusnya menjawab karena lelah."
"Aku menderita dan tersiksa karenanya. Aku tak pernah belajar bagaimana mengubah kepedihan ini menjadi kebahagian. Kepedihan hanyalah kepedihan. Aku mencoba mendorong diriku untuk melewatinya. Kenapa? Kenapa aku selalu mencegah diriku untuk mengakhiri semua ini?"
"Aku diminta untuk mencari alasan kenapa aku merasakan kepedihan ini. Aku tahu alasannya dengan sangat baik. Aku terluka karena diriku. Ini semua salahku, karena aku memang terlahir seperti ini. Dokter, inikah yang ingin kau dengarkan? Tidak. Aku tak melakukan sesuatu yang salah. Ketika kau dengan suara tenang mengatakan kepadaku, bahwa semua itu karena kepribadianku, aku berpikir betapa mudahnya menjadi dokter."
"Ini menarik, betapa menyakitkannya ini bagiku. Orang-orang yang mengalami kepahitan lebih besar dariku, bahkan bisa melewatinya dan mereka baik-baik saja. Orang-orang yang lebih lemah dariku pun hidupnya baik-baik saja. Tapi kurasa itu tak benar. Di antara orang-orang di dunia ini, tak ada satupun yang mengalami lebih parah dariku dan tak ada yang lebih lemah dariku."
"Tapi setidaknya aku bertahan hidup. Aku bertanya kepada diriku ratusan kali kenapa aku harus bertahan. Dan jawabannya bukan karena diriku, aku bertahan untukmu. Aku ingin melakukan sesuatu untuk diriku. Jadi berhentilah mengatakan sesuatu yang bahkan kau tak mengerti."
"Kau memintaku untuk mencari tahu kenapa aku mengalami masa-masa sulit. Aku bilang padamu beberapa kali. Apakah aku tak boleh merasa sedih hanya karena alasan-alasan itu? Apakah semuanya harus spesifik dan dramatis? Apakah aku harus memberikanmu jawaban yang lebih baik?"
"Aku telah memberitahumu, apakah kau mendengarkanku? Sesuatu yang bisa kau lewati tak akan meninggalkan bekas luka. Aku rasa, aku tak berniat untuk menantang dunia. Aku rasa aku tak berniat mengarahkan hidupku di bawah sorot publik. Itu kenapa aku bilang ini berat. Melawan dunia dan disorot publik. Kenapa aku harus membuat keputusan itu? Ini sangat menggelikan."
"Ini luar biasa aku bisa berjalan sejauh ini. Apalagi yang bisa kukatakan? Katakan saja, bahwa aku melakukan hal yang benar. Katakan bahwa aku cukup baik dan aku telah melewati banyak hal. Bahkan ketika kau tak bisa tersenyum saat menghantarkan kepergianku, jangan katakan ini kesalahanku. Kau melakukannya dengan baik. Kau telah melewati banyak hal. Selamat tinggal."
(SIS)