JAKARTA - Salah satu personel Project Pop, Yosi menyambut baik dengan kreativitas orang-orang yang ahli membuat cover lagu dan diunggah di sosial media khususnya Youtube. Baginya, ini menjadi salah satu bukti bahwa teknologi bisa secara apik dimanfaatkan oleh manusia.
Saat disinggung terkait popularitas penyanyi asli yang kalah dari pengcover lagu, pria bernama lahir Hermann Josis Mokalu tersebut tak ambil pusing. Baginya, selera musik setiap orang berbeda dan penilaian pun tak selalu bisa secara objektif dilakukan.
(Baca Juga: Joey Alexander Siap Gelar 2 Konser di Jakarta, Ini Bocoran Konsep yang Diusungnya)
Ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Yosi menyebut hal tersebut sebagai sebuah kewajaran. Sebab, penilaian tak bisa selalu dilakukan secara logis termasuk dalam memberikan komentar.
"Itu sih sangat mungkin ya karana kalau lu bicara musik, itu bicara selera. Belum lagi kalau bicara komentar di Youtube itu varian banget tidak semua objektif juga kok dan tidak semua dengan alasan yang logis," ujarnya hari ini, Senin (9/10/2017).
(Baca Juga: Setelah 12 Tahun, Tiffany, Seohyun dan Sooyoung 'SNSD' Hengkang dari SM Entertainment)
Ungkapan Yosi ini bukan tanpa dasar dilontarkan. Pasalnya, pria berusia 46 tahun itu sempat melakukan riset dan mendapatkan jawaban yang di luar nalar.
"Kita udah pernah tanya ke beberapa orang dan berdialog gitu boleh gak kita alasan like dislike karena kalau itu sebuah kritikan, kita bisa tahu perbaikan, kita terima aja kalau dislike. Oh enggak kok kak, dia bilang gitu kita dislike bukan karena videonya jelek, bagus kok. Terus kenapa di dislike? Ya karena sudah banyak yang like gitu," papar Yosi.
(Baca Juga: Sudah Meninggal, Lagu Tom Petty Naik ke Nomor 2 Tangga Lagu Billboard 200)
"Jadi alasannya tidak harus logis karena yang menjawab tu kan macam-macam. Ada yang SD, SMP, SMA. Ada yang terserah gue gue mau njawab like atau dislike kan ya terserah gue. Jadi kalau kita jadi konten maker ya jangan baper dengan komen," tambahnya.
Sementara itu, Yosi selalu yakin bahwa setiap video yang diungga di sosial media memiliki kreativitas yang berbeda-beda. Kendati demikian, tak semua orang memiliki pemahaman yang sama.
"Dalam segala jenis bentuk video itu pasti ada kreativitasnya. Event yang namanya mengcover. Mengcover kan dia menyanyikan ulang, lagunya sudah ada, dia harus bisa menunjukkan bahwa suaranya paling tidak sama bagus, dia harus bisa menunjukkan bahwa dengan aransemen yang seperti ini mungkin lebih enak buat orang yang suka akustik," tutupnya.
(Baca Juga: Boyong Sederet Penghargaan, Video Musik Taeyang Kembali Raih 100 Juta Views)
(fid)