JAKARTA - Aktor film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI, Amaroso Katamsi memandang acara nonton bareng (nobar) filmnya itu sebagai peringatan akan tragedi yang pernah menimpa bangsa. Namun ia merasa harus ada tindakan lebih lanjut untuk menjamin perdamaian dan integritas Pancasila ketimbang mengkambinghitamkan satu sama lain.
Ketika ditemui Okezone di MNC News Center, Jumat (22/9/2017), pemeran Soeharto tersebut menyatakan ikut saja dengan keputusan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang mengusulkan nobar tersebut. Ia menilai pihak Gatot pasti sudah mempertimbangkannya matang-matang, dengan pesan agar tragedi seperti G30S/PKI tidak terjadi lagi.
"Saya ngikut Panglima TNI, karena saya tentara. Saya pikir beliau tentu punya data intelijen yang cukup, sehingga dia merasa perlu ingatkan kembali bangsa ini jangan sampai terjadi lagi. Mungkin caranya banyak, tapi salah satu caranya Panglima TNI itu ya seperti itu," ucap Amaroso.
Sekedar diketahui, Amaroso lebih menggambarkan dirinya sebagai personel TNI AL ketimbang aktor seperti bagaimana ia lebih dikenal hingga kini. Menurut hematnya, lebih baik waspada agar tidak ada ancaman terhadap Pancasila dari manapun termasuk komunisme.
Bahkan akan lebih baik lagi jika masing-masing pihak dapat menurunkan tuntutannya dan tidak lagi memikirkan kepentingan golongan saja. Pasalnya, ia juga menilai segala jenis ideologi termasuk komunisme tidak dapat mati layaknya manusia.
“Kalau dikatakan bahwa PKI bangkit nanti dijawab dengan “Oh sudah ada ketetapan MPR”, itu kan formal. Tapi kesehariannya kan bisa saja, karena kita bisa membunuh orang, tapi kita enggak bisa membunuh ideologi. Tapi harus kita waspadai jangan sampai bangkit kembali yang kemudian merubah Pancasila, dan membikin ruwet kita. Maksudnya, jangan sampai dia terbius dengan sesuatu yang membuat dia menembus batas, itu aja,” ucap Amaroso.
“Yang paling bagus adalah kalau terjadi rekonsiliasi, berarti masing-masing tidak menuntut apa-apa. Sekarang kan yang eks PKI minta juga pengakuan bahwa mereka itu korban, minta direhabilitasi. Di sini juga luka lho, TNI juga luka. Jadi kalau masing-masing bertahan kayak gitu, enggak akan terjadi (rekonsiliasi),” tutupnya.
(edi)