Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Yuk Kenalan dengan Maria Pratiwi, Harpist Asia Pertama Pemenang Great Hall London dari Indonesia

Dewanto Kironoputro , Jurnalis-Kamis, 21 September 2017 |21:35 WIB
Yuk Kenalan dengan Maria Pratiwi, Harpist Asia Pertama Pemenang Great Hall London dari Indonesia
Maria Pratiwi. (Foto: Okezone)
A
A
A

Aktif bermusik di Indonesia, kenalkan harpa dengan cover musik pop di YouTube

Pulang ke Tanah Air, Maria langsung menyibukkan diri dengan resital-resital solo maupun orchestra. Lentera Simfonia, Twilite Orchestra, dan National Symphony Orchestra adalah beberapa di antaranya. Tak jarang, ia mendapat posisi sebagai principal harpist untuk acara-acara eksklusif.

Resital-resital itu tentunya sudah mengorbitkan namanya di kalangan musisi klasik Tanah Air, namun Maria juga ingin memperkenalkan harpa ke berbagi kalangan masyarakay. Setidaknya ada tiga upaya yang Maria lakukan demi mencapai hal itu. Pertama, ia membuka kelas harpa di bawah pengajarannya langsung, dimulai sejak 2015.

Dari yang awalnya terkenal dari mulut ke mulut, kini Maria membuka akun Instagram @maria_pratiwi yang disambut positif masyarakat. Kini, ia mengaku, justru kewalahan memilih siapa yang layak menjadi muridnya. Minat siswa, ketersediaan waktu, kemampuan finansial, dan kepemilikan harpa menjadi kriteria Maria dalam memilih murid. Kini, dia sudah memiliki ensemble harpa berisikan 12 orang.

Kedua, ia berkarya sebagai artis. Selain mengoleksi album bertajuk ’The Serenity’, Maria fokus menggarap dua channel YouTube. Satu digunakannya untuk mengajar, lainnya untuk membuat cover sejumlah lagu populer. Karya terbarunya adalah cover lagu Despacito yang dipopulerkan oleh Luis Fonsi dan Daddy Yankee.

Menariknya, Maria coba menembus berbagai genre musik, mulai dari klasik, jazz, hingga karya kontemporer. Hal itu, menurut dia, masih sejalan dengan prinsipnya, yaitu tidak meninggalkan genre klasik yang sudah dipelajarinya. Maria mengaku cover musik yang dilakukannya tidak jauh beda dari YouTuber musik lainnya, seperti Lindsey Stirling dan The Piano Guys.

“Setelah 6 bulan kembali ke Indonesia, aku melihat genre paling populer tetap pop. Mau enggak mau, aku mengikuti trennya, agar tak ketinggalan. Tapi tetap saya tak mau melupakan apa yang udah dipelajari sebelumnya. Sayang dong, makanya aku memasukkam unsur klasik ke genre pop ini.”

Dia menambahkan, ”Seperti Lindsey Stirling sama The Piano Guys, aku juga melakukan crossover, yang mana klasik dikawinkan dengan musik pop, jazz, sampai EDM. Tujuannya, agar musik enggak hambar dan cuma gitu-gitu doang,” jelasnya.

Ketiga, ia menjadi penyalur produk-produk harpa dari luar negeri ke Indonesia. Fokusnya adalah untuk memperkenalkan bahwa harpa tidak harus mahal, dan bisa dimainkan sehari-hari layaknya gitar.

“Sebenernya model harpa itu ratusan. Kayak gitar, ada yang mahal ada yang murah. Cuma memang yang masukin harpa ke Indonesia masih jarang. Makanya aku memasukkan harpa ke Indonesia. Aku memilih yang affordable dan ukuran lebih kecil,” jelas Maria.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Telusuri berita celebrity lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement