Minat belajar harpa sejak 10 tahun hingga jadi orang Asia pertama pemenang Great Hall London Concerto Competition
Minat Maria untuk belajar harpa sesungguhnya sudah ada sejak usia 10 tahun. Sayang, kesulitan mencari guru harpa membuatnya baru bisa mendalami alat musik itu saat berusia 18 tahun, di bawah asuhan Heidi Awuy. Sekira September 2009, tak lama setelah ia mulai belajar, Maria mendapatkan harpa pertamanya.
Minatnya yang besar terhadap harpa, membuat kemampuan Maria berkembang pesat. Ia pun mendapatkan sertifikat perolehan nilai tertinggi dari Associated Board of the Royal School of Music dari 2008 hingga 2011.
Sertifikat itu menjadi tiketnya untuk mendalami musik di salah satu universitas swasta di kawasan Tangerang, Banten. Sayang, jurusan yang ia pilih tak bersinggungan dengan harpa, sehingga ia kembali menunda belajar harpa hingga lulus kuliah.
Takdir mempertemukannya kembali dengan harpa saat ia diterima kuliah pascasarjana jurusan Harp Performance di sebuah perguruan tinggi musik di London, Inggris. Ia pun dibimbing langsung oleh harpist terkemuka, seperti Gabriella Dall’Olio, anggota dari organisasi penyusun kurikulum harpa dunia, Trinity Laban Conservatory of Music. Ketika itu, Maria sempat heran kenapa Gabriella mau menjadi gurunya.
“Diajari Gabriella Dall’Olio seperti dream come true. Dia mau menjadi guruku itu seperti ‘Hah masa sih? Enggak mungkin’. Ternyata dia orang yang super welcome dan memang jarang punya murid orang Asia,” papar Maria.
Maria diperkenalkan oleh Gabriella dengan tokoh-tokoh terkenal lain, di antaranya harpist kawakan Deborah Henson-Conant dan Elisabeth Fontan-Binoche. Ia mengaku kagum melihat penampilan kedua gurunya itu yang masih semangat mengajar harpa di usia senja.
“Aku lihat, nenek-nenek seperti mereka saja masih bisa mengangkat harpa sendiri. Waktu itu umur Elisabeth Fontan-Binoche sekitar 86 tahun dan mainnya masih keren banget. Kebetulan, aku berkesempatan belajar sama dia selama 1 bulan penuh. Ini membuatku semakin jatuh cinta pada harpa,” ucapnya.
Maria dapat dikatakan menggunakan kesempatannya belajar dengan baik. Beberapa kali tampil solo, memberi jalan untuknya bermain bersama China Philharmonic Orchestra dalam tur mereka di London, dan mengikuti The Great Hall London Concerto Competition, keduanya pada 2012. Maria tercatat sebagai orang Asia pertama yang memenangkan ajang tersebut.
Selain itu, Maria tercatat sebagai lulusan Indonesia pertama yang lulus dari jurusan Harp Performance dan satu-satunya orang Indonesia yang diterima sebagai murid Deborah Henson-Conant. Mafhum, Deborah disebut Maria sebagai salah satu harpist paling berpengaruh selama dirinya bermain harpa.