JAKARTA - Industri musik Indonesia kian diminati masyarakat. Gelaran seperti konser atau festival musik pun kerap dianggap menjadi pelepas penat di tengah rutinitas dan kesibukan sehari-hari.
Namun, tak bijak rasanya bila sebuah pertunjukan musik hanya bicara perihal euforia semata. Di lapangan, banyak aspek yang perlu diperhatikan pihak penyelenggara, seperti dampak langsung kemajuan ekonomi maupun pelestarian lingkungan itu sendiri.
iNews Media Group (IMG) berusaha mencari jawaban atas rasa penasaran publik apakah sebuah konser atau festival musik dapat memberikan efek positif yang konkret bagi masyarakat.
Dalam jumpa pers di acara Indonesian Music Awards (IMA) 2025 beberapa waktu lalu, Agustini Rahayu selaku Deputi Bidang Kreativitas Media Kementerian Ekonomi Kreatif/ Badan Ekonomi Kreatif menegaskan bahwa industri musik menjadi satu dari 17 subsektor yang diurus pihaknya.
"Musik ini yang pertumbuhannya paling pesat dalam memberi kontribusi pergerakan ekonomi nasional," lanjutnya.
"Jadi itu yang menjadi konsen kami, kami juga bekerja sama dengan berbagai pihak, jadi ini salah satu penggerak ekonomi nasional," tambah Agustini Rahayu.
Agustini menilai musik tak hanya bicara soal karya, tetapi juga berkaitan dengan peluang pertumbuhan ekonomi nasional.
Merujuk hal itu, pihaknya pun berkomitmen melebarkan jalan bagi pelaku di industri musik dari akses distribusi hingga aspek komersil lewat berbagai ajang penghargaan seperti IMA.
"Kategori baru di Indonesian Music Awards yaitu Sinergi Suara Awards adalah salau satu program yang diperuntukan mencari talenta kreatif atau skill up dari talenta-talenta yang sebelumnya sudah dijaring oleh teman-teman IMA maupun Indonesian Idol misalnya, agar akses distribusi dan komersialnya makin terbuka lebar," jelas dia.
Di lini festival musik, Synchronize Fest 2025 juga membuktikan gelarannya dapat berkontribusi dalam kemajuan ekonomi maupun pelestarian lingkungan hidup.
Tahun ini, mereka meramu ide kreatif dari tatanan panggung hingga dekorasi area konser lewat pemanfaatan limbah plastik.
Lorong pintu masuk utama dihiasi sederet karya instalasi buatan seniman rupa dengan tema pencemaran bawah laut. Ya, karya instalasi itu menjadi salah satu kritik sosial yang disuarakan dalam festival tersebut.
Dekorasi ini merupakan hasil kolaborasi Synchronize Fest dengan salah satu merek lokal yang bergerak di bidang produk tas artistik, Stuffo, sejak 2022.
"Yang tahun ini cukup spesial karena sampah plastik yang terkumpul cukup besar yaitu, 291 kilogram, yang dikirimkan oleh warga-wargi (penonton Synchronize Fest)," kata Aldila Karina Putri selaku Director of Communications di Synchronize Fest, saat kepada iNews Media Group.
"Harapannya sebenarnya ketika orang datang ke sebuah festival tidak hanya hura-hura dan senang-senang, tetapi kita juga berpikir atau mendalami disekitar kita, bahwa apapun yang kita lakukan itu memiliki dampak," katanya.
(kha)