Keisya Levronka dan Petaka Pencarian Misterius Sosok Ibu

JAKARTA - Keisya Levronka jebolan Indonesian Idol RCTI melebarkan sayap ke industri film. Tak tanggung-tanggung, Keisya didapuk menjadi pemeran utama dalam film  Pamali: Tumbal.

Film Pamali: Tumbal resmi memperkenalkan teaser posternya. Diproduksi oleh LYTO Pictures dan disutradarai Bobby Prasetyo, film ini mengadaptasi game horor Indonesia populer Pamali: The Little Devil, yang sukses mencuri perhatian gamer lewat teror berbasis budaya lokal.

Dalam teaser poster perdananya, nuansa horor langsung terasa kuat. Sosok tuyul dan kuntilanak hitam tampak mengintai dari balik pintu yang terbuka sedikit, dikelilingi tumpukan uang dan harta berserakan. Poster ini memberikan gambaran jelas: kekayaan yang diambil tanpa restu bisa berujung petaka.

Pamali: Tumbal mengisahkan Putri (diperankan oleh Keisya Levronka) yang nekat mencari sang ibu yang hilang secara misterius setelah mengambil uang tumbal di jalan demi bertahan hidup di tengah himpitan ekonomi. Bersama dua sahabatnya, Kiki (Ummi Quary) dan Cecep (Fajar Nugra), Putri menelusuri jejak sang ibu hingga masuk ke kawasan hutan angker, pabrik tua, hingga rumah misterius yang dihuni makhluk-makhluk menyeramkan, termasuk tuyul dan kuntilanak hitam.

Namun, bukan hanya teror fisik yang mereka hadapi. Sebuah pertanyaan menghantui perjalanan mereka: Apakah ada pamali atau larangan adat yang telah mereka langgar? Apakah pelanggaran itulah yang membangunkan kutukan?

Film ini juga diperkuat oleh deretan aktor dan aktris berbakat seperti Djenar Maesa Ayu, Verdi Solaiman, Dominique Sanda, Krishna Keitaro, Ben Bening, dan Aldean Tegar (DEANKT).

Andi Suryanto, produser dari LYTO Pictures, menegaskan bahwa Pamali: Tumbal adalah bagian dari upaya menghadirkan IP lokal yang kuat ke layar lebar.

“Kami ingin memperluas ekosistem hiburan Indonesia dari game ke film. Pamali: Tumbal tidak hanya menawarkan horor yang mencekam, tapi juga budaya yang dekat dengan masyarakat. Adaptasi ini kami harap bisa menghadirkan pengalaman menonton yang berbeda dan tetap relevan secara budaya,” ungkap Andi.

 

(aln)