Menelisik Eksistensi The Rain melalui Lensa Bona Fide Theory

Tuty Ocktaviany, Jurnalis
Kamis 19 September 2024 02:19 WIB
Menelisik eksistensi The Rain melalui lensa Bona Fide Theory. (Foto: The Rain)
Share :


Perjalanan Karier Bermusik The Rain

Sejauh ini, para personel The Rain tetap berkomitmen untuk menciptakan musik berkualitas. Pencapaian mereka sudah terukir sejak beberapa bulan setelah perilisan album perdana mereka, Hujan Kali Ini, pada September 2003, setelah mendapatkan kontrak dengan ProSound Records. Album tersebut meraih Golden Award, dan single "Dengar Bisikku" serta "Terima Kasih karena Kau Mencintaiku" masih mendapatkan airplay yang tinggi di banyak radio di seluruh Indonesia.

Dua tahun setelah album Hujan Kali Ini, The Rain meluncurkan album Senandung Kala Hujan pada Oktober 2005, yang menampilkan hits seperti "Tolong Aku" dan "Persimpangan." Mei 2007, mereka merilis album Serenade, yang membawa mereka menjadi nominator dalam IKON ASEAN Music Initiative Awards. Mereka juga dinyatakan sebagai nominator dalam kategori Bands Who Can Free Their Voice di Soundrenaline 2008. Tak lama setelah itu, The Rain turut serta dalam tur Rising Stars bersama band-band lain seperti Nidji dan J-Rocks.

Album berikutnya, Perjalanan Tak Tergantikan, dirilis pada Januari 2009. Dalam album ini, The Rain meraih penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai pemrakarsa penggunaan payung terbanyak dalam sebuah video musik, melalui single "Boleh Saja Benci." Setahun kemudian, mereka mengejutkan banyak pihak dengan merilis Komik Cihuy Anak Band, sebuah komik humor yang mengangkat realita dunia anak band di Indonesia. Komik ini menjadi perbincangan nasional, menarik perhatian banyak orang dengan penyajian kocaknya tentang dunia belakang layar industri musik.

Setelah tertunda akibat tur panjang, album kelima Jingga Senja dan Deru Hujan akhirnya dirilis pada akhir Februari 2012, dua bulan setelah perayaan satu dekade The Rain. Pada November 2013, The Rain memutuskan untuk mengambil jalur independen dengan mendirikan label sendiri, Heavy Rain Records. Mereka kemudian merilis single "Terlatih Patah Hati" sebagai bagian dari Trilogi 18 November, menjadikan mereka band pertama di Indonesia yang merilis single baru pada tanggal yang sama selama tiga tahun berturut-turut. "Terlatih Patah Hati" berhasil memuncaki tangga lagu di berbagai radio di seluruh Indonesia selama berbulan-bulan. Lagu ini juga membawa The Rain meraih nominasi AMI Awards 2014 untuk kategori Kolaborasi Pop/Urban Terbaik bersama Endank Soekamti. Selain itu, single tersebut memenangkan HAI Music Awards 2014 sebagai Best Single of the Year dan dinominasikan di Dahsyatnya Awards 2015.

Menelisik eksistensi The Rain melalui lensa Bona Fide Theory. (Foto: The Rain)

Pada 18 November 2014, Gagal Bersembunyi dirilis. Sebuah lagu sederhana dengan lirik yang ngenes namun jenaka. Gagal Bersembunyi tak butuh waktu lama untuk menduduki tangga lagu di radio. Tak lama setelah dirilis, Gagal Bersembunyi mendapatkan nominasi Single of the Year di ajang Indonesia Choice Awards 2015 yang digelar oleh NET. 

Akhir 2015, trilogi 18 November ditutup dengan single Penawar Letih. Di video musik untuk single ini, The Rain melakukan sesuatu yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, yaitu menggelar syuting klip di sebuah ruangan kantor pada hari dan jam kerja dengan seluruh karyawan kantor tersebut tetap bekerja seperti biasa. Single Penawar Letih sukses menjadi anthem bagi para pekerja keras yang berjuang di tengah hiruk-pikuk kota, demi keluarga.

Kemudian September 2016, The Rain merilis album keenam berjudul Jabat Erat. Album ini berisi trilogi 18 November beserta delapan lagu baru. Hingga saat ini, album ini merupakan album The Rain dengan single terbanyak. Album Jabat Erat juga mengukuhkan salam “Jabat erat!” yang selalu digunakan The Rain selama ini. Sebuah lagu dengan judul sama dipersembahkan untuk para TheRainKeepers, penikmat karya The Rain.

Enam tahun setelah merilis album Jabat Erat pada 2016, The Rain kembali dengan album studio ketujuh bertajuk Mereka Bilang Kita Terjebak Bersama pada 2022. Kesuksesan Jabat Erat dengan deretan singlenya, seperti "Terlatih Patah Hati," "Gagal Bersembunyi," "Penawar Letih," dan "Hingga Detik Ini," membuat The Rain tidak terburu-buru dalam merilis album berikutnya. Indra, Iwan, Ipul, dan Aang mulai menggarap album ini secara bertahap sejak awal 2018.

“Sepertinya ini album The Rain yang penggarapannya paling lama. Lagu-lagunya dikerjakan satu demi satu. Setelah sebuah lagu selesai, langsung dirilis sebagai single,” ucap Indra, dikutip dari siaran pers yang diterima penulis dan ditulis pada Kamis (19/9/2024).

“Kami melakukan itu selama beberapa tahun. Sempat terkendala oleh pandemi, hingga akhirnya kami kembali lagi ke studio dan menggarap lima lagu baru sekaligus,” ucap Indra.

Setelah dua dekade bersama, album ini menandai awal babak baru dalam perjalanan The Rain. “Setelah menggelar intimate gig 20 tahun The Rain akhir tahun lalu, kami berempat ngobrol banyak. Tentang semua yang telah terlewati bersama, tentang mimpi-mimpi selanjutnya. Dan kami putuskan untuk merilis album baru di tahun 2022,” kata Iwan. 

 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Celebrity lainnya