JAKARTA - Umay Shahab mendadak trending di platform X (sebelumnya Twitter), pada 6 Februari 2024. Pemicunya, cuitan sang aktor yang menyindir program makan siang gratis salah satu paslon Pilpres 2024.
“Kalau mau makan siang gratis mah you orang datang saja ke lokasi syuting. Bilang saja, asistennya artis. Jangankan makan siang, kopi hitam, es teh manis, sampai gorengan pun ada,” katanya dalam cuitan yang diunggah pada 5 Februari 2024.
Cuitan tersebut tampak ditanggapi oleh Refal Hady yang menuliskan “(U)May” dengan emoji menangis. Dalam 1 hari, kicauan itu viral dan sang aktor ramai dikritik oleh pengguna X.
“Gue sempat lihat tweet si Umay, terus si Refal ngerepost. Jujur, sakit hati banget. Dear Umay yang menjadikan program makan siang gratis jadi bahan lawakan, tidak ingatkah kalian dengan rakyat Indonesia di bagian Timur sana?” ujar akun @dillawwwww.
Akun @Pradikta2001 turut berkomentar, “Enggak masalah jika tak suka sama personalnya dan ngehate habis-habisan program kerjanya. Tapi akan jadi masalah jika statement lo mengarah ke sesuatu yang enggak semua orang bisa dapatkan.”
Akun @kucurht menambahkan, “Umay, Umay! No hate masalah paslon. Tapi statement-nya miris banget. Dikira Indonesia cuma Jakarta kali ya. Minimal kalau enggak pernah dan tidak merasakan hidup susah diam saja ya.”
“Bagi Umay Shahab dan Refal Hady, program makan siang gratis itu lelucon. Tapi bagi orang kurang mampu itu sangat berarti loh. Saya dulu suka pura-pura puasa karena memang enggak punya uang,” kata @kelvinvalery.
Setelah cuitan itu viral, Umay Shahab kemudian menggembok akun X miliknya. Warganet pun ramai menyuarakan untuk memboikot film-film sang aktor dan mempertanyakan nasib rumah produksinya.
“Umay mau rilis film. Enggak usah ditonton!” kata @rizki12432. Akun @kejuuu_juran menambahkan, “Mohon maaf, apa kabar investor saham SINEMAKU PICTURES milik Umay Shahab dan Prilly Latuconsina?”
Program makan siang dan susu gratis untuk anak sekolah dan ibu hamil merupakan salah satu program kerja jangka panjang yang digagas Paslon 3 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Tujuannya untuk memperbaiki kondisi SDM Indonesia, menekan angka stunting, dan mengurangi beban rakyat miskin.*
(SIS)