JAKARTA- Sapardi Djoko Damono menghembuskan napas terakhirnya pada hari ini, (17/7/2020). Warganet pun turut berduka cita atas meninggalnya penyair Sapardi Djoko Damono. Bahkan nama Sapardi menempati trending topik di Twitter.
Warganet juga mengenang beberapa puisi Sapardi yang populer. Berikut 4 puisi yang dikenang oleh para warganet.
Baca Juga:
Penyair Sapardi Djoko Damono Tutup Usia
Profil Sapardi Djoko Damono, Penyair Kenamaan Meninggal Dunia di Usia 80 Tahun
1. Aku Ingin (1989)
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
2. Hujan Bulan Juni (1989)
Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni.
Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu.
Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni.
Dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu.
Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni.
Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu.
3. Yang Fana Adalah Waktu (1978)
Yang Fana adalah waktu.
Kita abadi, memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa.
"Tapi yang fana adalah waktu, bukan?" tanyamu. Kita abadi.
Baca Juga:
Hengky Kurniawan Ungkap Gaji Jadi Wakil Bupati, Raffi Ahmad Kaget
Tetangga Ungkap Catherine Wilson Sosok yang Tertutup dan Tak Bersosialisasi
4. Pada Suatu Hari Nanti (1991)
Pada suatu hari nanti jasadku tak akan ada lagi.
Tapi dalam bait-bait sajak ini kau tak kan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti suaraku tak terdengar lagi tapi diantara larik-larik sajak ini kau akan tetap kusiasati.
Pada suatu hari nanti impianku pun tak dikenal lagi.
Namun di sela-sela huruf sajak ini kau takkan letih-letihnya kucari.
(aln)