Sejak saat itu, Isyana sangat takut untuk ditinggalkan oleh siapapun. Trauma masa kecilnya itu pun masih melekat dengan kuat hingga Isyana beranjak dewasa.
Persah suatu ketika Isyana berlibur bersama sang ibu. Namun, sang ibu terpaksa pulang lebih dulu meninggalkan Isyana. Saat itu ledakan emosi pun terjadi pada diri Isyana hingga ia menangis tersedu-sedu.
“Semenjak itu aku punya trauma ditinggalkan sangat besar mau itu ditinggalkan jangka panjang atau jangka pendek, trauma itu sangat besar. Padahal harusnya biasa aja kan,” ungkap Isyana.
Bagi wanita lulusan Nanyang Academy of Fine Arts, Singapura ini, perpisahan merupakan momok menakutkan yang tak ingin dia alami. Hal itu pula lah yang membuat dirinya menjadi sosok yang interovert atau tertutup.