“Sejumlah dokumen menunjukkan bahwa ia (da Vinci) mempercayai bahwa bencana itu menjadi tanda awal yang baru bagi kemanusiaan. Ini adalah kode da Vinci. Bukan hanya dipopulerkan oleh Dan Brow (penulis novel ‘The da Vinci Code’),” ujar Sabrina dilansir dari The Times, Jumat (27/4/2018).
Menurut Sabrina, da Vinci adalah seorang ilmuwan sekaligus orang beriman yang hidup di masa-masa yang sulit sehingga mengharuskannya menyembunyikan berbagai pesan melalui kode rahasia agar ia tak mendapatkan masalah.
“Da Vinci melihat kisah kemanusiaan sebagai sebuah yang utuh, perhitungan akhir seperti dikisahkan dalam kitab wahyu tetapi juga disampaikan oleh para ilmuwan kuno seperti Plato dan Aristoteles,” ungkap Sabrina.
Saat ini, lukisan ‘The Last Supper’ karya da Vinci yang berukuran 460 cm x 880 cm masih tersimpan rapih dan menutupi seluruh dinding di Biara Santa Masia delle Grazie di Milan, Italia. Da Vinci memulai pengerjaan lukisan tersebut pada 1495 hingga akhirnya rampung secara keseluruhan tiga tahun kemudian, tepatnya 1498 silam.
(aln)