JAKARTA - Tragedi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Jawa Barat, pada 9 Mei 2012 menyisakan banyak kisah memilukan sekaligus mistis. Salah satunya datang dari Mas Sigit.
Guru sekaligus anggota Mapala itu ikut terjun sebagai relawan tim SAR dalam proses evakuasi. Ia bercerita bahwa lokasi jatuhnya pesawat sulit dijangkau, terhalang hutan lebat, tanah curam, dan cuaca buruk.
Setelah lolos pemeriksaan fisik di posko utama Cijeruk, Mas Sigit bergabung dengan rombongan tentara dan relawan lain untuk melakukan pendakian malam hari menuju titik tabrakan.
Setelah melalui jalur berat dan berliku, mereka akhirnya mencapai puncak dua, lalu puncak satu. Di lokasi kejadian, pemandangan yang disaksikan sungguh memilukan.
Puing-puing pesawat hancur berkepingan, kantung-kantung jenazah berserakan, dan tak jauh dari lokasi jatuhnya pesawat berdiri kompleks makam tua yang dikenal keramat, bernama Mbah Salak. Di tempat itulah, aura mistis mulai terasa sangat kuat.
Mas Sigit yang bertugas menarik jenazah dengan tali repling menyaksikan langsung kondisi korban yang mengenaskan. Salah satunya adalah jenazah perempuan berwajah cantik berpakaian biru putih yang diduga seorang pramugari.
Tubuhnya masih utuh, namun lehernya tampak panjang terentang dengan luka di wajah. Pemandangan itu, sulit dilupakan. Di tengah hujan gerimis dan kabut tebal, tiba-tiba tercium bau wangi aneh dari arah jenazah.