JAKARTA - Penyanyi muda Aruma kembali menarik perhatian publik lewat unggahannya di media sosial — bukan karena lagu barunya, melainkan karena pesan empati yang ia sampaikan soal kasus perundungan yang masih marak terjadi, termasuk di lingkungan pendidikan tinggi.
Dalam unggahannya, pelantun “Muak” ini menulis: “Kasus bullying harus terus disuarakan, sebelum korban merasa satu-satunya jalan keluar adalah pergi dari dunia.”
Pesan itu lahir dari pengalaman pribadi. Aruma pernah menceritakan bahwa ia juga sempat menjadi korban perundungan saat duduk di bangku SMA. Pengalaman itu meninggalkan luka yang dalam, namun kini justru menjadi sumber empati dan keberaniannya untuk berbicara.
“Dulu aku takut ke sekolah, takut ketemu orang,” tulisnya. “Tapi sekarang aku ingin suara ini bisa berarti sesuatu untuk orang lain.”
Unggahan itu bertepatan dengan meningkatnya sorotan publik terhadap kasus bullying yang terjadi di berbagai kampus dan sekolah di Indonesia. Aruma, lewat platform yang ia miliki, memilih untuk tidak tinggal diam. Ia menekankan pentingnya membangun budaya empati dan keberanian untuk membela teman yang disakiti.
“Kadang yang dibutuhkan korban bukan nasihat, tapi keberpihakan,” ucapnya dalam keterangan tambahan.
Sikap Aruma ini memperlihatkan kedewasaan seorang musisi muda yang tak hanya menyanyi tentang perasaan, tapi juga memahami realita sosial di sekitarnya. Lagu-lagunya yang lembut dan penuh kejujuran kini terasa semakin bermakna — bukan sekadar tentang cinta, tetapi tentang keberanian untuk peduli.
Dengan pesan yang tulus dan nada bicara yang menenangkan, Aruma membuktikan bahwa suara lembut pun bisa membawa gema yang besar: tentang empati, tentang keberanian, dan tentang pentingnya menjadi manusia yang saling menjaga.
(kha)