JAKARTA - Jebolan Kontes Dangdut Indonesia (KDI) Givri Taj menilai dangdut bukan hanya sekadar genre musik, tetapi juga memiliki tingkat kesulitan tersendiri bagi para penyanyi.
“Menurut aku dangdut itu musik yang paling susah dipelajarin. Tapi kalau kita udah tau cara bernyanyinya dangdut itu, semua genre kita bisa nyanyiin. Jadi dangdut itu buat aku adalah sumber pemasukan juga,” jelas Givri.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa dangdut adalah musik yang begitu dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Bagi Givri, menjadi penyanyi dangdut merupakan langkah yang tepat karena musik ini masih memiliki tempat istimewa di hati penikmatnya.
“Karena di Indonesia ya kan kalau nggak nyanyi dangdut nggak afdol,” katanya, Senin (25/8/2025).
Dalam perjalanannya menekuni dunia dangdut, Givri banyak terinspirasi dari penyanyi-penyanyi senior. Ia mengaku kagum dengan beberapa nama besar yang menjadi panutan dalam membentuk karakter vokalnya.
“Lagu dangdut udah pasti Umi Elvi Sukaisi, Bunda Rita Sugiyato, Iyeth Bustami. Yang punya lagu berat-berat dan memang lagunya itu bagus banget untuk dipelajari. Aku tuh belajar lagu dangdut dari lagu-lagunya mereka. Jadi aku favorit sekali sama sosok-sosok mereka itu,” tutur Givri.
Menurutnya, lagu-lagu dangdut era lama memiliki tingkat kesulitan tinggi namun sekaligus menjadi media belajar yang berharga. Hal itu yang membuatnya tetap setia menjadikan karya para legenda dangdut sebagai referensi dalam berkarya.
Sepanjang perjalanan kariernya, Givri telah merilis sejumlah lagu, baik bergenre dangdut maupun pop Melayu. Beberapa di antaranya cukup dikenal publik dan mendapat respons positif dari pendengar musik tanah air.
“Kalau untuk dangdut Givri udah lumayan banyak ya. Disini Tuh Gak Sakit, Ayo Kita Goyang, Pulang Ke Hatiku itu bukan dangdut sih. Itu lebih ke pop Melayu. Terus ada juga Makan Batu, ada banyak banget sih. Tapi yang baru banget tuh terakhir Ayo Kita Goyang yang Givri recycle. Kalau yang viewersnya paling banyak itu Disini Tuh Gak Sakit,” jelasnya.
Givri menjelaskan bahwa lagu Disini Tuh Gak Sakit sempat populer karena memiliki keterkaitan dengan lagu Sakitnya Tuh Disini yang lebih dulu dikenal masyarakat.
“Soalnya waktu itu bandrock kan sama sakitnya tuh disini. Jadi nggak ada banget Disini Tuh Gak Sakit. Jadi kebawa lagunya,” tambahnya.
Melihat perkembangan musik dangdut saat ini, Givri menyampaikan harapannya agar generasi muda tetap menjaga orisinalitas dangdut. Menurutnya, warna dangdut asli mulai berkurang dalam karya-karya baru yang lebih modern.
“Harapan lagu dangdut apalagi generasi muda sekarang semoga warna dangdut asli itu tetap bisa kita nikmati sampai detik ini. Karena yang Givri lihat sekarang warna dangdut asli itu sudah mulai menghilang ya,” katanya.
Lebih lanjut, Givri menilai banyak penyanyi dangdut masa kini lebih sering membawakan lagu-lagu lama jika ingin menunjukkan cengkok khas dangdut.
“Jadi dangdut murninya itu cengkok-cengkok dangdut yang asli itu udah nggak dapet lagi di lagu baru ya. Makanya kebanyakan penyanyi dangdut sekarang bawainnya kalau mau cengkok-cengkokan itu pasti lagu jadul. Jadi kalau untuk lagu baru itu jarang sekali ketemu lagu yang memang feel dangdutnya itu kuat,” tutur Givri.
Ia pun berharap generasi muda bisa lebih peduli menjaga citra dangdut sebagai musik asli Indonesia.
“Harapannya mudah penuhnya hadir dalam karya-karya baru.
-mudahan generasi sekarang tuh tetap menjaga citra dangdut, musik dangdut asli Indonesia,” tutupnya.
(kha)