JAKARTA - Mengenal Nurnaningsih, bintang film panas pertama Indonesia. Pada era keemasannya, dia dikenal sebagai ‘Marilyn Monroe Indonesia’ karena kecantikan dan kemolekannya.
Aktris bernama asli Raden Nganten Nurnaningsih itu tumbuh di tengah keluarga bangsawan di Surabaya, Jawa Timur, pada 5 Desember 1925. Ayahnya, Raden Kadjad Kartodarmodjo merupakan keturunan raja Yogyakarta.
Sedangkan ibunya, Sukuini Martindjung, masih keturunan raja Solo. Alasan ini yang membuat Nurnaningsih tumbuh dengan baik dan serba berkecukupan.
Beranjak dewasa, orangtua Nurnaningsih menjodohkan dirinya dengan pria bernama Kartono Yudhokusumo. Mereka kemudian menikah pada 1945, namun bercerai 7 tahun kemudian.
Alasan perceraian karena Kartono ingin istrinya menjadi ibu dan fokus mengurus rumah tangga. Sementara Nurnaningsih tak sepemikiran dengan suaminya.
Setelah resmi menjanda pada 1952, Nurnaningsih meninggalkan Surabaya dan hijrah ke Jakarta demi membangun karier aktingnya. Akting dan kecantikan sang aktris sukses mencuri hati Umar Ismail.
Sang sutradara kemudian menggaetnya menjadi pemeran utama film Krisis yang dirilis pada 1953. Film tersebut terbilang sukses di pasaran dan melambungkan nama Nurnaningsih di industri perfilman Tanah Air kala itu.
Kesuksesan film itu, membawa Nurnaningsih membintangi Harimau Tjampa garapan sutradara D. Djajakusuma, pada 1954. Kali ini, dia mengambil langkah berani dengan tampil tanpa busana dalam salah satu scene-nya.
Film tersebut sukses besar dan membuat Nurnaningsih semakin dikenal publik hingga dijuluki bom seks Indonesia. Sayang, karier sang aktris redup ketika dia tersandung skandal foto tanpa busana.
Akibat skandal itu, Nurnaningsih sempat vakum dari dunia akting. Pada 1968, dia kembali berakting lewat film Djakarta, Hongkong, Macao yang sayangnya tak sesukses film-film sebelumnya.
Sejak itu, tak ada lagi karya Nurnaningsih yang meledak di pasaran. Dia menghabiskan masa tuanya tanpa menghasilkan banyak karya dan meninggal dunia akibat penyakit diabetes, pada 21 Maret 2004.*
(SIS)