JAKARTA - Industri hiburan Tanah Air dahulu punya artis berbakat yang bernama Ermina Zaenah. Namanya populer di era 1950-an sebagai aktris dan produser film.
Kecintaan perempuan kelahiran Jambi, 11 November 1927 ini terhadap dunia seni sudah terlihat sejak kecil. Ia gemar menyanyi, menari, dan menekuni panggung sandiwara.
Sayang, kegemarannya ini sempat ditentang keluarga. Bahkan ayahnya pernah membawa rotan panjang ketika dia sedang bermain sandiwara.
Ermina menikah dengan Nurdin Syam pada 1943. Sang suami pernah bekerja menjadi Kapten Angkatan Laut dan banting setir dengan bekerja di studio Persari sebagai sutradara.
Seiring berjalannya waktu, kecintaan Ermina pada dunia seni bersambut yang ditandai dengan aktingnya di film Pembalasan Seruni. Film ini diproduksi oleh Golden Arrow pada 1951.
Ermina menjelma menjadi artis yang nyaris sempurna di zamannya. Punya bakat mumpuni di bidang akting serta dianugrahi wajah cantik dan tubuh langsing.
Tak heran bila Presiden pertama Indonesia, Soekarno, menjadikan Ermina sebagai salah satu artis idolanya di antara banyak artis cantik lainnya pada era itu.
Sepanjang kariernya, Ermina banyak membintangi film dari rumah produksi ternama seperti Golden Arrow, Bintang Surabaya milik Fred Young, dan Tan and Wong Bros.
Kemudian Ermina pindah ke Persari milik Djamaluddin Malik pada 1953. Ia membintangi beberapa film seperti Supir Istimewa, Pegawai Tinggi, dan Bintang Baru.
Di Studio Persari ini, Ermina menjadi primadona. Terbukti dia menjadi bintang utama di beberapa film yang diproduksi hingga kebanjiran ratusan surat dari penggemar.
Setelah dunia perfilman sedang lesu, Ermina menjajal dunia balik layar sebagai produser. Film Lagu dan Bulu, Kamar 13, Bakti dan Ekspedisi Terakhir, adalah film yang ia produseri.
Selama berkarier lebih dari dua dekade, Ermina telah membintangi sekira 30-an judul film dan memproduseri beberapa film. Sebelum mengembuskan napas terakhirnya pada 4 Januari 2009, ia juga sempat alih profesi sebagai pengusaha dagang.
(ltb)