Dengan keterampilan seni yang dimilki, pada tahun 1972 ia muncul dengan musik tradisional kendang, Djaduk membentuk kelompok musik anak-anak yang diberi nama Rheze. Pada saat itu, ia juga mendirikan grup musik Wathathita di Taman Madya Tamansiswa tempat dia sekolah dulu.
Baca juga: Dipolisikan, Akun YouTube Hikmah Kehidupan Minta Maaf pada Ruben Onsu
Djaduk sesungguhnya tak hanya kuat dalam penggarapan musik kreatif berbasis instrumen perkusi tradisional saja. Pada tahun 1985, ia bergabung dalam Teater Gandrik, Djaduk tampil sebagai penghibur yang kreatif lewat berbagai karya pantomim dan gerak tari. Bersama Teater Gandrik, Djaduk mendapatkan kesempatan tampil ke berbagai negara, dari Jerman, Denmark, Swedia, Belanda, dan Turki.

Akhir tahun 1994, Djaduk secara khusus mewakili pertunjukan musik kreatif Yogyakarta dalam muhibah kesenian Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ke Perancis bersama musisi lainnya. Setelah itu pada tahun 1995 Djaduk Ferianto bersama kakaknya Butet Kartaredjasa dan Purwanto mendirikan kelompok kesenian Kua Etnika yang merupakan penggalian musik etnik dengan pendekatan modern. Djaduk juga dinobatkan sebagai pemusik kreatif oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) cabang Yogyakarta.