JAKARTA – Festival Film Indonesia 2017 tampaknya begitu amat spesial bagi seorang sutradara tenar Riri Riza. Pasalnya, sutradara 46 tahun itu didapuk menjadi Ketua Juri Festival Film Indonesia 2017. Dengan rasa hormat dan bangga, pemilik nama asli Mohammad Rivai Riza ini pun begitu merasa tertantang dengan ajang penghargaan tertinggi bagi dunia perfilman Indonesia tersebut.
(Baca Juga: Angkat Ragam Budaya Daerah, FFI 2017 Bakal Digelar di Manado)
(Baca Juga: Reza Rahadian Sayangkan Kurangnya Apresiasi Terhadap Film di Indonesia)
Sebagai sutradara yang lama malang melintang di industri film Indonesia, tentunya sangat membahagiakan ketika terpilih menjadi ketua juri FFI 2017, meski terdapat tantangan-tantangan yang akan dilaluinya. Sutradara tenar ini menjelaskan ada dua hal tantangan yang akan dihadapinya, yakni tentang kontroversi dari hasil Festival Film Indonesia dan tidak adanya penjurian FFI yang diterima secara terus menerus.
“Sangat terhormat dan bangga menjadi bagian dalam FFI. Merasa tertantang juga, jadi kayak sesuatu yang menggetarkan, menyenangkan, membanggakan, dan menantang. Bagian dari FFI itu sangat membanggakan kita, tidak bisa menolak bahwa FFI kegiatan terpenting, menghadirkan sineas yang terkemuka di Indonesia. Sejarah film Indonesia dibentuk dalam karya yang diberikan ke masyarakat Indonesia. Tantangan ada dua hal, pertama beberapa kali penyelenggaraan FFI bisa menjalankan dan mencerminkan hasil tersebut. FFI ada kontroversi dan gunjingan masyarakat dari hasilnya,” tutur Riri Riza saat press conference Festival Film Indonesia 2017 di kawasan Senopati, Jakarta Selatan.
(Baca Juga: Setelah Power Rangers, Peter Sudarso Pilih Ingin Bintangi Film Drama Indonesia)
(Baca Juga: Ngebet Main Film Biopik, Morgan Oey Akui Terhalang Penampilan)
“Kedua, apa boleh buat kita tidak pernah punya penjurian FFI diterima terus menerus. Ini cerminan dari film produk budaya yang dinamis,” tambahnya.
Sementara itu, jika diihat dari tempat penyelenggaraan Festival Film Indonesia, tampak begitu berbeda. Pada tahun ini ajang penghargaan tertinggi bagi dunia insan perfilman Indonesia akan dihelat di kota Manado, Sulawesi Utara pada 11 November 2017. Adapun alasan terpilihnya kota Manado sebagai tempat dihelatnya Festival Film Indonesia 2017 yakni setiap perfilman Indonesia mengangkat budaya-budaya tertentu di dalamnya. Kemudian Manado sendiri telah menghasilkan latar film yang indah. Selain itu kota Manado yang mengajukan diri sebagai tempat diadakannya Film Festival indonesia pada 2017.
"Kita sudah mengangkat budaya-budaya Indonesia. Manado juga telah menghasilkan tiga film dan ternyata Manado juga berkeinginan, karena Manado juga belum pernah. Terus terang memang tidak mudah, kita akan berusaha maksimal untuk para nomine ke Manado. Semoga pemenangnya bisa menerima bukan diwakilkan," tutur ketua FFI 2017, Leni Lolang.
Tak tanya itu, turut hadir Steven Kandouw sebagai wakil Gubernur Sulawesi Utara yang mengapresiasi industri film Indonesia. Ia juga menambahkan bahwa ini merupakan sebuah rasa cinta pada NKRI terlebih pada perfilam Indonesia. Untuk itu, dengan terpilihnya Kota Manado, hal itu setidaknya membuat ia bangga.
“Wujud pernyataan kami kepada NKRI, kecintaan kami kepada film Indonesia. Selamat datang di Manado," tutup Steven Kandouw selaku Wakil Gubernur Sulawesi Utara.
Sebagai informasi, pada malam puncak penghargaan FFI 2017 akan diberikan 21 kategori penghargaan dan penghargaan khusus berupa lifetime achievement dan in memoriam. Penghargaan FFI merupakan simbol atas usaha keras, kompetisi dan keseriusan setiap peraih penghargaan sehingga siapapun pemenang terpilih akan menjadi kebanggaan perfilman Indonesia.
(aln)