LOS ANGELES – Siapa bilang industri cetak di dunia musik sudah musnah terseret arus penjualan berbasis digital. Nyatanya Vinyl atau album piringan hitam telah menemukan jati dirinya dan siap menghentak dominasi digitalisasi musik. Salah satunya tercermin dari penjualan Vinly yang mencapai 3,2 juta keping di Inggris sepanjang 2016 atau terjadi peningkatan 53 persen dibanding tahun sebelumnya.
Penjualan Vinyl yang cukup signifikan tersebut bisa terlihat salah satunya dari album terakhir David Bowie berjudul Blackstar yang diakui sebagai penjualan dengan format khusus selama 25 tahun terakhir.
Lantas mengapa mengapa Vinyl tiba-tiba menjadi hal yang penting untuk diperhatikan oleh pemain besar di sektor musik digital? Sejak industri kaset dan compact disc (CD) runtuh di awal 2000-an, Vinyl dianggap menjadi kompetitor kuat dan masih menjadi salah satu pilihan kolektor musik untuk dibeli serta memiliki ceruk pasar yang lambat laun berkembang.
Berdasarkan data Deloitte seperti dikutip dari NME, Selasa (17/1/2017), prediksi beberapa tahun kedepan bahwa industri Vinyl akan menghasilkan miliaran Dolar AS, dengan meraih pendapatan mencapai 800-900 juta Dolar AS di 2017.
“Vinyl tetap harus memperhitungkan karena hampir seperlima dari penjualan produk musik fisik pada 2017 dan sekitar 7 persen dari total 15 miliar Dolar AS dihasilkan dari sektor dari sana (Vinyl) bahwa industri musik global diperkirakan akan mengambil (ceruk pasar Vinyl),” klaim Deloitte.